Alan Efendi, Menyulap Lidah Buaya Menjadi Panganan Bernilai Jual Tinggi

 

Alan Efendi, Menyulap Lidah Buaya Menjadi Panganan

Bernilai Jual Tinggi

kebun lidah buaya milik mas Alan
(doc:pribadi)

Saat ini kebun kecil saya di lantai dua sedang panen lidah buaya, iya, saya berkebun di lantai dua. Itupun hanya seuprit kebun kecil yang bisa ditanami. Karena tidak ada lahan lain yang saya miliki kecuali di lantai atas itu. Tadinya saya bingung lidah buaya berukuran besar itu bisa diolah menjadi apa sih selain untuk mencuci rambut? Tetapi sejak saya berkunjung ke sebuah desa di Gunung Kidul saya ga bingung lagi sih dengan daun lidah buaya yang sedang banyak-banyaknya ini.

kebun lidah buaya
pict pribadi


Beberapa bulan lalu saya mengunjungi sebuah desa di kabupaten Gunung Kidul yang sebagian besar warganya menanam lidah buaya jenis besar (Aloe barbadensis Miller) yang memang diperuntukkan untuk bahan baku industri dan mengembangkan usaha olahan dari lidah buaya untuk berbagai jenis makanan dan juga bahan kosmetik. Jika teman-teman berkunjung ke Nglipar, Gunung Kidul tepatnya di desa Katongan, teman-teman akan takjub melihat tanaman lidah buaya berukuran besar yang ditanam penduduk desa di halaman rumah mereka. Tak hanya sekedar sebagai penghias rumah tetapi dirawat dengan sepenuh hati dan dipanen dengan baik. Dan juga diolah menjadi panganan berdaya jual dan juga bahan kosmetik.

pict by Kompas.com


Penggagas kebun dan wirausaha lidah buaya itu adalah mas Alan Efendi. Mas Alan tertarik dengan lidah buaya saat ia mendaki gunung Semeru di tahun 2014. Ia kemudian mencari nilai ekonomis tanaman berbentuk unik tersebut. Ia merasa bahwa tanaman lidah buaya cocok jika ditanam di dusunnya di Jeruk Legi, Nglipar. Karena suhunya yang cenderung panas dan kering. Ia kemudian membeli sekitar 500 bibit lidah buaya jenis berdaun besar (Aloe barbadensis Miller) di tahun 2016. Dan mulai membagikan ke penduduk sekitar dan menanam lidah buaya di dusunnya di Katongan, Jeruklegi, Nglipar Gunung Kidul.

aloe nata cup, produksi Mount Vera
pict dokumen pribadi


Tanaman lidah buaya yang ia tanam mulai dipanen setahun setelah ditanam. Mas Alan kemudian mengolah lidah buaya tersebut menjadi beberapa produk kuliner. Ia sendiri belajar mengolah lidah buaya melalui internet. Produk utama adalah minuman kemasan Aloe nata. Ternyata banyak peminat minuman kemasan ini. Sehari rumah produksi yang dikelola oleh mas Alan dan keluarganya bahkan mampu mengolah sekitar 300 cup aloe nata yang biasanya memang habis dipesan oleh para pedagang dan konsumen.

ibunya mas Alan berbagi cerita tentang produk Aloevera 
pict pribadi


Tak hanya itu mas Alan juga mengolah beberapa panganan lain berbahan lidah buaya. Seperti dodol, keripik, selai, pudding, es krim bahkan kerupuk dari lidah buaya ini. Saya bahkan langsung mencicipi beberapa olahan panganan dari lidah buaya dari rumah produksi mas Alan ini lo. Favorit saya sih tentu saja Aloe nata kemasan. Bahkan saya beli juga untuk oleh-oleh di rumah. Oia, saya membeli keripik dan pudding juga. Duuh menyesal saat itu beli keripiknya cuma dua pcs. Karena ternyata keripiknya jadi favorit orang serumah.





Oia, saat ini lahan untuk kebun lidah buaya milik mas Alan dan warga sekitar sudah mencapai satu hektar lebih. Yang awalnya hanya mas Alan dan keluarga kemudian masyarakat sekitar juga turut bergabung bersama mas Alan menanam lidah buaya. Dan membentuk paguyuban Mount Vera khusus petani lidah buaya ini. Yang diikuti oleh sekitar 100 warga. Sebagian adalah petani dan juga pengolah produk.

Puding lidah buaya
Pict pribadi


Sejujurnya sebagai warga Jogja saya takjub melihat hamparan tanaman lidah buaya di Gunung Kidul ini. Dulu Gunung Kidul terhitung tandus dan sulit ditanami tanaman. Tetapi saat ini di desa Katongan lidah buaya tumbuh subur dan menjadi komoditas utama masyarakat setempat. Tak heran jika mas Alan mendapat Apresiasi Satu Indonesia Awards di tahun 2021 dari Anugrah Pewarta Astra, Astra Indonesia. Butuh usaha yang gigih untuk mengubah mindset warga untuk menghidupkan tanah yang tandus menjadi lahan subur dan menghasilkan serta menghidupi.

Saya di kebun lidah buaya



Saat ini desa Katongan menjadi salah satu desa wisata khusus lidah buaya di Gunung Kidul. Jika berkunjung ke sana kita tak hanya mendapat penjelasan tentang tanaman Aloevera kita juga diajak melihat langsung pengolahan lidah buaya dari mulai dipanen sampai diolah menjadi panganan. Selain itu kita bisa langsung mencicipi berbagai olahan lidah buaya di rumah produksi yang dikelola oleh mas Alan Efendi dan warga sekitar.

23 komentar

  1. Melihat lidah buaya yang dipegang sama Mas Alan Efendi, ternyata ada yang sebesar itu, ya? Kalau lidah buaya dijadikan minuman kemasan atau puding, aku sering dengar. Tapi kalau dijadikan keripik dan dodol, jujur saja aku baru dengar. Penasaran deh sama keripiknya.

    BalasHapus
  2. Patut diapresiasi dan menjadi role model nih Pak Alan Efendi :) Beliau hebat sekali mampu membudidayakan tanaman lidah buaya di Gunung Kidul menjadi aset berharga dan bernilai jual tinggi. Ternyata ukurannya jumbo yach? Keren nih. Kalau puding dan keripiknya aku belum pernah coba sih.

    BalasHapus
  3. Waaa aku.mauuuu bgt k sini.

    Aku pernah minum es lidah buaya, segerrr pol

    Mau coba olahan2 lainnyaaaa

    BalasHapus
  4. Waaao....kalau lidahnya segede itu, buayanya segede apa? Hehehe..

    Biasanya kalau di rumah3 kan lidah buayanya ga sebesar itu ya mbak.. saya baru tau nih lidah buaya bisa diolah jd makanan kering spt keripik.jd pengen coba juga olahan lidah buaya dr gunkid.

    BalasHapus
  5. aku pernah makan produk aloe vera, dan enak bangeettt rasanya, setuju banget ini kalau aloe vera bisa jadi komoditas produk pangan di Indonesia, karena rasa dan manfaatnya banyak banget

    BalasHapus
  6. salut banget sama orang-orang kreatif seperti pak alan ini yang bisa menyulap lidah buaya jadi panganan enak
    keingat lidah buaya di depan rumah yang selama ini cuma buat oles rambut hehe

    BalasHapus
  7. wah, ternyata banyak juga ya produk yang bisa diolah dari lidah buaya ini. lidah buayanya tipe yang besar banget nih. aku penasaran sama rasa keripiknya sih, ahaha

    BalasHapus
  8. Wuih keren, lidah buaya yang selama ini manfaatnya kita tahu hanya untuk rambut dan kulit, ternyata bisa jadi sumber pangan juga ya. Produktif banget. Semoga semakin banyak nih orang-orang inspiratif begini.

    BalasHapus
  9. Selama ini aku juga mikirnya lidah buaya hanya bermanfaat untuk rambut aja sih, tapi ternyata bisa dikonsumsi bahkan dibikin puding lidah buaya juga yah. Kreatif banget sih, jadi penasaran pengen coba nyicipin sih hehe

    BalasHapus
  10. Aku pas ke Dunia Buah tuh suka kagum sama lidah buaya yang besar-besar banget. Karena biasanya di depan rumah Ibu adanya lidah buaya ukuran normal sebesar jari tangan. Dan karena banyak manfaat kebaikannya, bagus sekali untuk diinisiasi menanam lidah buaya di Gunung Kidul.

    Apakah lidah buaya membutuhkan udara dingin untuk tumbuh?

    BalasHapus
  11. masya Allah bertemu dengan orang2 gigih bikin termotivasi untuk maju dan menyemangati diri untuk lebih banyak berkarya

    BalasHapus
  12. salam ya buat mas Alan yang super keren, inovasi tiada henti untuk ekonomi juga lebih baik

    BalasHapus
  13. Zaman kecil, tahu lidah biaya itu buat perawatan rambut. Terus agak besar, tahu bisa dibuat semacam nata. Eh sekarang bila jadi macam-macam makanan. Beneran unik dan manfaatin peluang ya

    BalasHapus
  14. Lidah buaya kaya manfaat tapi sayangnya mpo gak doyan buat dimakan.kalau oles ke rambut sering pakai waktu SMP

    BalasHapus
  15. Aku pernah nyicipi Aloe Nata, dikasih temanku. Tapi aku dulu pernah nyoba bikin juga bareng tetangga, cuman aku gak suka hasilnya, hahahaa. Enakan tinggal beli aja di Yogjakarta. Aku penasaran loh dengan lokasi Mount Vera, pengen ke tempat perkebunan lidah buaya di Gunungkidul

    BalasHapus
  16. Keren nih Mas Alan ya menjadikan lidah buaya dengan berbagai pangan yang bernilai jual tinggi. Banyak olahan yang bisa dibuat. Semoga apa yang dilakukan Mas Alan bisa menjadi inspirasi banyak orang ya

    BalasHapus
  17. aku suka olahan lidah buaya saat dijadikan minuman yang segar, tapi keren sih bapak alan efendhi

    BalasHapus
  18. Ibuku pernah bikin es lidah buaya, rasanya segeeerr. Itu hasil pelatihan ibu2 dr manaaa gtu. Mungkin kalau diseriusin bisa jd kek mas Alan ini hehe. Kreatif yaa. Kita pun bisa kalau mau ya belajar bikin camilan dari lidah buaya,
    Senengnya lagi mas Alan gk cuma sendirian ya berhasilnya tapi ngajakin masyarakat memberdayakan lidah buaya ini.

    BalasHapus
  19. wah kreatif ya mas Alan membudidayakan lidah buaya.. saya taunya lidah buaya cuman buat rambut aja, kalo banyak orang mengikuti jejak mas Alan, maka lidah buaya bisa jadi tanaman bernilai ekonomis

    BalasHapus
  20. Jadi ingat nenek sy nih yg di Bandung suka bikin agar -agar dr lidah buaya, enak segar tp buat konsumsi sendiri krn hanya beberapa pot nanamnya

    BalasHapus
  21. Salut banget ya dengan Pak Alan. Dia berhasil memanfaatkan dan melakukan budidaya lidah buaya menjadi lebih bermanfaat dan bisa memiliki nilai jual kembali.

    BalasHapus
  22. Kebetulan didesa ibukku ada juga nih mba budi daya lidah buaya,, tapi pohonnya ini besar2 bangt.. ktnya buat kosmetik dn minuman herbal

    Yang ini lebih keren idenya ya bisa dibuat cemilan yang sehat, semoga sukses

    BalasHapus
  23. Melihat kebun lidah buaya yang luas dan ijo-ijo seger, melihat proses pembuatan produk-produk dari lidah buaya, hingga icip-icip. Hehe.
    Inspiratif sekali mas Alan ini 👍

    BalasHapus

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.