On The Way To The Airport

 


Saya hampir sebulanan ini ga nonton tivi. Meskipun televisi di rumah ga disetting buat nonton stasiun tv. Tetapi kami punya beberapa langganan beberapa aplikasi berbayar kayak Netflix, Iqiyi dan Video serta WeTV. Tadinya mau nonton tapi karena kesibukan selama beberapa bulan ini. Iya, beneran. Akhir  tahun kemarin sibuk banget. Mana anak-anak ujia. Saya juga ada presentasi untuk seminar internasional. Udah gitu revisi proposal tesis. Udah gitu ujian dan tugas makalah dan jurnal itu jadwalnya susul menyusul. Udah ngalahin jadwalnya Miqdad. Riweuh bangetlah pokoknya. Hahaha.


Akhirnya pas agak selo itu duduk depan tivi dan asal nyetel aja sih. Lah ketemunya drama Korea di Video. Sebenarnya aplikasi Video ini jadi temlen pertama di televisi di rumah. Soalnya biasanya dipake anak-anak untuk nonton siaran langsung olahraga kayak bola dan basket. Aplikasi ini bagus banget untuk nonton tayangan olahraga luar negeri. Maaf bukan iklan. Hahaha.



Nah, kemarin nonton drakor On The Way To The Airport. Ini drakor lawas ternyata. Maklum, mana saya ngerti mana drakor terbaru mana yang udah lawas. La namanya juga asal nyetel tivi. Dan nonton ini juga ga baca review sama sekali. Cuma suka aja soalnya di awal itu scenenya tentang anak yang sekolah di luar negeri. Jadi ceritanya ada dua anak Korea yang sekolah di Malaysia. Nah scenenya itu di Putrajaya. Ya ampun, kangen banget. Ingat banget saya sama abinya anak-anak pernah main ke Putrajaya saat ramadhan beberapa tahun lalu. Udah gitu sponsor utamanya adalah AirAsia dan sepanjang tayangan itu beberapa kali take di dalam pesawat dengan khas merah-merah ala AA.

Drama ini bercerita tentang kehidupan seorang pramugari senior yang bekerja di Air Asia dengan suaminya seorang pilot senior. Dan juga terhubung dengan seorang arsitek mapan yang keluarganya memiliki sebuah rumah budaya Korea. Mereka terhubung karena kebetulan anak-anak mereka sekolah di sekolah internasional di Kualalumpur dan tinggal di sebuah rumah asrama yang sama.

Drama ini sebenarnya bercerita tentang hubungan antara keluarga. Kisah suami istri yang sebenarnya terpisah oleh pekerjaan. Tentang suami toxic dan nyebelin. Tentang pasangan yang menyembunyikan rahasia.tentang anak-anak yang selalu menjadi tumbal bagi keegoisan orang tua. Dan juga tentang perselingkuhan dua orang yang ga ngerti kenapa saya malah ngeship mereka. Hahaha. Ditabok massa.

Prinsip saya itu dalam hubungan rumah tangga itu sederhana. Kalau sudah tidak bisa sevisi misi sebaiknya berpisah, selesaikan masalah kalian kemudian meminta maaf pada anak-anak dan berpisah baik-baik. Jangan ketika ada masalah dalam rumah tangga lalu kalian lari keluar. Asli, itu banci banget. Iya itu banci. Eh ga boleh yang bilang banci di google. Mudah-mudahan artikel ini ga kena banned google. Hahaha.


Dalam drama On The Way To The Airport ini bercerita tentang Choi-Soo-Ah seorang pramugari senior dengan suaminya kapten Park dan memiliki anak perempuan yang cantik dan sayang banget dengan orangtuanya. Tetapi nyebelinnya kapten Park ini nyebelin banget. Dia ga mau hidup bersama istri dan anak-anaknya. Dia mau hidupnya terpisah. Alasannya sih kayaknya dia pengen hidup bebas gitu. Itulah kenapa kapten Park itu jadwalnya ga pernah bareng sama istrinya. Dia terbang kemana istrinya terbang kemana. Ga pernah ketemulah pokoknya. Sedangkan istrinya ini tipe ibu rumah tangga pekerja yang pengen banget menikmati kehidupan berumah tangga. Dimana bisa ngurus rumah, nyiapain kebutuhan suami, memasak makanan rumahan (sayangnya suaminya ga suka makan masakan istrinya).  Ada satu scene dimana si Soo-Ah ini terharu banget bisa melihat ibu-ibu yang menjemur selimut dari balkon rumahnya. Itu pemandangan yang indah kayaknya buat dia. Karena memang impiannya itu seperti itu. Huhuhu sederhana banget ya.


Nah suatu hari si Soo-Ah ini ketemu dengan So Dowoo, ayah dari teman sekamar putrinya yang bersekolah di Malaysia. Oia, dua anak itu bersekolah di luar negeri di usia muda karena keinginan orangtuanya. Kalau putrinya So0-Ah karena ayahnya, kapten Park yang maunya anaknya sekolah di sekolah internasional. Sedangkan kalau putrinya Do-Woo itu yang memaksa adalah istrinya, karena ternyata ada rahasia yang disembunyikan istrinya.

Akhirnya terhubunglah Soo-Ah dan Do-Woo ini ketika putrinya Do-Woo ini meninggal karena kecelakaan di bandara. Duuh ini scene ini bikin saya terharu biru. Apalagi saat istrinya Do Woo ini ga mau abu putrinya dibawa pulang ke Korea. Dan maunya istrinya semua barang putrinya dibuang ga usah dibawa ke Korea. Ya Allah. Sedangkan Do-Woo patah hatinya jangan ditanya, kehilangan putri kesayangan, yang ternyata itu bukan putri kandungnya. Ternyata putrinya itu adalah bawaan istrinya.

Dua orang yang sumpek dengan kehidupan pasangan mereka masing-masing ketemu karena suatu peristiwa menyedihkan, dan butuh dihibur. Dan mereka merasa klik. Oia, perselingkuhan dua orang ini hampir ga ada skinship. Kalau ketemu cuma ngobrol aja. Tetapi ya itu tetap dosa sayangku. Jadi ga ada tuh adegan liburan ke Cappadocia dan fuc*$ng penthouse 5M, eh gimana hahaha. Scenenya bahkan banyak yang mengharu biru. Terutama tentang putri-putri mereka.

Ada scene di episode 11 apa ya kalau ga salah yang bikin saya menjerit. Ya Allah taqdir itu memang se-telo itu. Hahaha. Iya. Maksudnya sih taqdir itu memang se-ajaib itu. Jadi saat mereka memutuskan berpisah. dan So-ah akhirnya pindah ke Pulau Jeju dan anaknya akhirnya bisa bersekolah di sebuah sekolah lokal di sana. Kebetulan putrinya ini suka banget main bola, dan ayahnya, kapten Park itu benci banget sama kesukaan anaknya ini. Jadi inget perkataan kapten Park yang bikin saya ngakak sambil mikir. “ Jika kamu tidak cantik maka kamu harus giat belajar”. Wooy, daebak. Nah, saat itu juga Do-Woo itu berkelana melanjutkan cita-cita ibunya yang baru saja meninggal untuk mengumpulkan hasil karya ibunya dan membuat semacam galeri di sebuah tempat “ dimana angin berhembus lembut, suara ombak terdengar dan tercium aroma bebatuan”. Nah Do-Woo itu memutuskan untuk memilih pulau Jeju untuk mendirikan galeri wasiat ibunya. Dan mereka berdua ini hidup bertetangga tanpa saling ketemu. Huhuhu, taqdir pancen, HIH. Bahkan suatu malam saat So-Ah pulang kerja dari bandara dia melewati gang dekat rumahnya  yang sempit dia berpapasan dengan seorang pengendara sepeda yang sedang membenarkan ban sepedanya. Nah jalannya itu gelap, si pengendara sepeda itu berinisiatif menyalakan lampu senternya agar pejalan di depannya bisa melihat jalan. Iiih, itu si Soo-Ah. Dan Do-Woo ini ga ngeh sama sekali. Sering banget mereka berdua ini selisipan jalan tapi ga ketemu. Taqdir pancen hokya beneran kalau ini. Hahaha maafkan penonton yang gemes.

Udah ah, aku kok malah ngasih spoiler. Udah gitu kalau ditanya siapa pemainnya saya ga hafal. Susah bener ngafalin nama artis Korea. maafkeun. Saya hanya penikmat film bukan fans artis Korea. Yang pasti mereka berdua bisa menyelesaikan permasalahan mereka berdua meskipun panjang jalannya. Tapi sesuai harapan penonton lah. Hahaha. Penonton kayak saya butuh happy ending. Fiksi itu harus happy ending biarlah dunia nyata yang selalu sad ending, eh gimana. Kabuuuur.

2 komentar

  1. Saya nonton film ini satu atau 2 episode awal, tapi abis itu gak lanjut wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku nonton drakor romantis ya baru ini mbak itupun asal pencet remote hahaha. Tapi kalau disuruh nonton drakor lagi, udahlah nyerah saya. Ga sanggup aku begadang buat nonton drakor

      Hapus

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.