![]() |
perjalanan ke Baduy dalam rangka penelitian lapangan tentang keluarga dan anak di Baduy luar |
Sejujurnya iri jika melihat tayangan
reels atau konten-konten mahasiswa S3. Kayaknya seru gitu. Bahkan dulu saya
punya keinginan untuk membuat satu konten tentang studi S3. Sekalian menginfluence
orang lain untuk semangat studi lanjut gitu. Kenyataannya. Sudah eneg duluan
dengan tugas-tugas dan membahas riset. Menyesuaikan jadwal dengan tiga promotor
saja itu udah kayak riwueh banget. Boro-boro bikin konten. Ngumpulin jurnal aja
bisa berhari-hari sampai berbulan-bulan. Baru ngumpulin doang ini ya. Belum baca,
belum review, belum bikin systematic literarature review ect. Giliran direview
oleh profesor komentarnya sederhana banget “kurang tajam analisisnya” eaaa.
Saya tahu sih bahwa menuntut ilmu itu
ga mudah, bahkan Allah menjanjikan hal-hal luar biasa untuk para penuntut ilmu.
Tapi tidak pernah menyangka studi S3 bisa se-ajaib ini. Masya Allah tabarakallah,
Hasbunallah wani’mal wakiil. Ya Allah, Ya Rabbana. Bisanya cuma nyebut kalau
inget tentang riweuhnya studi S3 ini. Apalagi kuliahnya di usia yang tydac lagi muda ini ya Allah. Itulah kenapa saya benar-benar ga butuh
komentar apapun dari orang lain tentang kuliah saya ini. Benar-benar sakit hati
ketika ada seorang ummahat berkomentar “Sanalah yang pada mau ngumpulin gelar,
aku tak ngurusin anak sama suamiku aja”. Ya Allah, dikira para ibu-ibu yang kuliah
doktoral ini pengangguran apa ya. Kuliah S3 itu disambi dengan kerja, ngurus
anak, ngurus keluarga, yang punya usaha ngurus usahanya, dll. Itupun masih
bagi-bagi jadwal dengan ikut conference, seminar, ngisi seminar juga, nulis jurnal, tetap harus ngaji juga demi kewarasan, nulis di blog, dll. Jangan
dikira kami ini pengangguran. Ya Allah, emosi saya. Kalau cuma mau ngumpulin
gelar ga bakalan saya mau capek-capek setiap weekend bolak-balik Jogja-Bogor
selama lebih dari setahun ini. Naik bis pulak.
![]() |
Tiga emak-emak yang selalu bingung 😂 |
Tetapi akhirnya saya menyadari,
kesulitan selama menuntut ilmu ini saya sendiri yang mencarinya. Kuliah S3 itu
istilahnya ‘golek penyakit’. Sudah tahu ‘sakit/susah’ tetap saja dilakoni.
Beberapa teman yang studi doktoral yang saya temui harus menjalani berbagai
terapi karena mendapat penyakit. Mulai dari sakit punggung, leher otot, melemahnya
kekuatan retina mata untuk melihat, terkena sindrom otot tangan melemah, belum
lagi kondisi mental dalam tekanan. Masya Allah. Semoga penyakit-penyakit ini
menjadi penghapus dosa kami ya Allah. Ya Allah, semoga segala kesulitan selama
menuntut ilmu ini menjadi penghapus dosa kami (saya dan keluarga yang mendukung saya) di masa lalu, sekarang dan di
masa depan. Semoga segala kesusahan selama menuntut ilmu ini diganjar dengan
segala kebaikan di dunia dan di akhirat kelak. Aamiin
Dan yang patut saya syukuri adalah saya beruntung bertemu dengan teman-teman seangkatan yang luar biasa humble dan ringan tangan menolong saat ada yang kesusahan. Terima kasih teman-teman angkatan Ilmu Keluarga Dan Perkembangan Anak dan Ilmu Keluarga IPB University angkatan 2024. Kalian luar biasa. I love you full pokoknya.
Dan sejak studi doktoral ini saya
merasa lebih legowo jika berdebat dengan orang lain. Kalau ada orang bilang
saya saya mirip Miranda Kerr, langsung ta iyain. Saking malesnya berdebat
soalnya. Eaaa. Apaan dah. Hahaha. Saya ingat banget saat hendak ujian
kualifikasi doktor, saya belajar di kost seorang kawan. Dari pagi udah ngendon
di kost ga kemana-mana. Tetapi tetangga kost entah sebelah mana seru banget
karaokean. Si ibu ini nyanyi dari siang sampai sore. Awalnya saya misuh-misuh
sendiri dalam hati, ganggu banget soalnya. Tetapi kemudian saya menyadari. Betapa
beratnya beban yang ditanggung para ibu hari ini. Ga papalah si ibu ini
karaokean. Daripada depresi coba. Naudzubillah. Ada hikmahnya kerjaan saya
membaca jurnal tentang keluarga dan anak setiap hari. Saya jadi lebih berempati
kepada para ibu dan keluarga. Semoga keluarga Indonesia tetap kuat menghadapi
segala cobaan ini ya Allah.
Tidak ada komentar
Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.