![]() |
varian ubi Desa Sejahtera Astra Bogor yang diekspor (doc.IPB) |
Saat berada di lab Agribusiness And
Technology Park-IPB, saya menyadari bahwa hasil riset terbaik jika tidak bertemu
dengan takdir terbaiknya hanyalah menjadi laporan yang menumpuk di gudang
belaka. Riset terbaik harus bertemu langsung dengan pengolahnya (masyarakat), swasta
sebagai jembatan untuk membawanya ke pasar global dan pemerintah sebagai regulator untuk kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan dan keselamatan seluruh mahluk hidup. Sedikit orang yang tahu bahwa dibalik hijaunya Kabupaten
Bogor, terhampar kisah inspiratif tentang bagaimana kolaborasi antara sektor
swasta, akademisi, dan masyarakat desa mampu mengubah komoditas lokal yang
sederhana menjadi produk berdaya saing global. Inilah kisah Desa Sejahtera
Astra (DSA) Bogor, sebuah program pemberdayaan yang digagas oleh PT Astra
International Tbk. dan didampingi secara intensif oleh IPB University,
khususnya melalui Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim (DPMA). Fokus
utama program ini adalah ubi jalar, komoditas pangan yang kini tidak lagi hanya
menjadi makanan pendamping, tetapi telah menembus pasar ekspor, membuktikan
bahwa potensi desa Indonesia sungguh tak terbatas.
Ekosistem Bisnis Ubi yang Meluas dan
Berkelanjutan
Kenapa Ubi? ada satu buku bagus yang bisa menjelaskan tentang hal ini, Farming Women (Gender, Work, and Family Enterprice) karya Sarah Whatmore. Dan salah satu sub bab yang menurut saya paling keren adalah tentang 'Family Farming' tentang hampir 80% pertanian di dunia ini adalah berskala keluarga. Artinya banyak sekali hal-hal yang dipilih dalam pertanian tersebut berbasis keluarga. Dan sebagian besar pekerja pertanian keluarga ini adalah perempuan. Lalu kemudian beberapa peneliti dengan disponsori oleh University of Greenwich, Helen keller int dan beberapa lembaga nirlaba meneliti tentang Sweet Potato and Family Farming dan Irisannya dengan isu gender dan pertanian keluarga.
Menariknya banyak petani ubi jalar adalah perempuan. Teman-teman menemukan benang merahnya bukan? bahwa kebanyakan petani ubi di dunia termasuk Indonesia adalah perempuan dan mereka kebanyakan berskala pertanian keluarga. Sayangnya ubi ungu hasil para ibu-ibu petani ini sering tidak disukai oleh pasar. Kenapa? karena alasannya sangat alamiah. Para ibu biasanya memilih bibit ubi jalar yang hasilnya mudah dipanen dan hasil panennya besar, dengan alasan lebih mengenyangkan untuk anak-anak mereka. Inilah dasar kenapa sebaiknya para petani perempuan ini harus mendapat bimbingan intensif tentang pemilihan bibit, pengolahan lahan yang sustainabel, pengelolaan panen dan pasca panen yang bagus dan bagaimana agar hasil panen mereka diserap pasar dengan harga terbaik.
Inilah titik poin bertemunya para peneliti, petani, swasta dan pemerintah. Untuk mengantarkan hasil panen para ibu petani ini pasar dengan harga terbaik.
Jangan bayangkan program DSA Ubi Bogor hanya sekedar aksi CSR perusahaan belaka, projek ini adalah pembangunan sebuah ekosistem bisnis berbasis desa
yang terintegrasi dan berkelanjutan. Inisiatif ini resmi diresmikan oleh IPB
University dan Astra pada Februari 2020. Semenjak saat itu, program keren ini terus
berkembang pesat, awalnya mencakup beberapa desa dan kini telah meluas hingga
mencakup 13 desa di Kabupaten Bogor dengan melibatkan lebih dari 240
masyarakat yang terlibat langsung dalam rantai produksi dan pengolahan.
Kontribusi Nyata dalam Skala Produksi
![]() |
inovasi pertanian berbasis riset bersama teman-teman peneliti (lokasi: lab . Agribusiness and Technology Park IPB) |
Komitmen para petani binaan DSA Bogor
dalam menerapkan praktik budidaya yang baik dan standar mutu yang diajarkan
oleh departemen riset IPB University membuahkan hasil yang signifikan. Dari
total lahan yang dikelola seluas lebih dari 12 hektare, para petani
mampu menghasilkan lebih dari 80 ton ubi per periode produksi. Angka ini
adalah bukti nyata peningkatan kapasitas produksi buah kerjasama apik antara masyarakat petani,
akademisi/riset dan Astra (pihak swasta). Dan seharusnya beginilah ekosistem kita
bekerja
Namun, pencapaian yang paling
membanggakan adalah keberhasilan komoditas ubi DSA Bogor menembus pasar ekspor.
Pada Juli 2025, sebanyak 10 ton ubi jalar dari lima desa DSA di
Kabupaten Bogor (termasuk Desa Benteng, Bojong Jengkol, Dukuh, Pamijahan, dan
Tapos) berhasil diekspor perdana ke Malaysia dan Singapura. Ekspor ini
dilakukan melalui kemitraan strategis dengan offtaker utama, Beleaf
Farm, yang menjamin akses pasar yang stabil dan berkelanjutan bagi para
petani. Skema ekspor ini penting karena memastikan produk desa memiliki daya
saing global dan diakui kualitasnya sesuai standar internasional.
Kolaborasi Kuat Empat Pilar: Kunci
Keberhasilan
Kesuksesan DSA Ubi Bogor menjadi
studi kasus model kemitraan yang ideal, melibatkan empat pilar utama yang
saling bersinergi: Akademisi, Swasta, Pemerintah, dan Masyarakat
(Quadruple Helix).
Peran Sentral IPB University, Pendampingan Akademik dan Teknis
![]() |
ATP, IPB University. tempat bertemunya kolaborasi petani, peneliti, swasta dan pemerintah |
Sebagai peneliti, saya selalu antusias dengan program yang melibatkan teman-teman akademisi dan peneliti. IPB University, melalui Direktorat Pengembangan
Masyarakat Agromaritim (DPMA), memegang peran strategis sebagai pendamping
akademik dan teknis. Berpusat di Agriculture and Technology Park (ATP), IPB
University, program pengembangan ubi jalar kualitas ekspor ini berlangsung
signifikan. Peran ini mencakup beberapa aspek krusial:
1. Transfer Ilmu dan Teknologi: Memberikan pelatihan teknik budidaya
ubi yang unggul, mulai dari pemilihan bibit, penanaman, pemeliharaan, hingga
panen, yang semuanya bertujuan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen.
2. Pengembangan Produk Turunan: Mendampingi masyarakat dan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal untuk mengolah ubi jalar menjadi produk
bernilai tambah seperti keripik, selai, dan pasta ubi. Ini penting untuk
meningkatkan nilai jual komoditas dan memperkuat rantai nilai dari hulu ke
hilir.
3. Manajemen Bisnis dan Akuntabilitas: Membantu dalam penyiapan model
bisnis yang transparan dan akuntabel, memastikan setiap transaksi tercatat
dengan baik, yang merupakan salah satu prasyarat untuk masuk ke pasar modern
dan ekspor. Program pendampingan ini juga berfokus pada pengembangan klaster
pertanian, peternakan, dan produk olahan.
Di Agriculture and Technology Park
(ATP) sendiri ada banyak komoditas pertanian dan perikanan yang dikembangkan dan nantinya dikelola oleh petani lokal. Di
bawah bimbingan langsung para ilmuwan yang capable dan qualified. Teman-teman
sesekali harus berkunjung ke ATP, IPB ini ya. Ada banyak komoditas pertanian
yang bisa teman-teman nikmati. Hasil dari kolaborasi petani dan periset
terbaik. Oia, di sini juga tersedia café Sobat Tani yang kopinya syedap banget.
Sebagai salah satu peneliti di IPB University, saya bangga banget dengan kiprah
Astra yang menjadi jembatan bertemunya petani, peneliti dan pasar global.
![]() |
bean kopinya juga dari petani kampung binaan Astra lo |
Dukungan Sektor Swasta: Astra
International
PT Astra International Tbk.
menyediakan dukungan krusial dari sisi infrastruktur, permodalan, dan akses
jaringan. Komitmen Astra dalam program DSA ini adalah wujud dari
semangatnya untuk sejahtera bersama bangsa, dengan mendampingi masyarakat desa
agar dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Dukungan modal dan
fasilitas infrastruktur menjadi penopang utama bagi petani untuk menjalankan
budidaya secara profesional.
Peran Offtaker dan Pemerintah
Kehadiran Beleaf Farm sebagai
mitra industri dan offtaker utama sangat vital. Mereka tidak hanya
menjamin pembelian hasil panen tetapi juga menetapkan standar kualitas
internasional yang harus dipenuhi oleh petani, sehingga produk DSA Bogor
siap bersaing di pasar global.
Sementara itu, pemerintah desa dan
daerah berperan dalam menggerakkan kelompok tani sebagai garda produksi dan
memberikan dukungan kebijakan. Sinergi ini dilengkapi dengan hadirnya para CEO
Desa (penggerak di tingkat desa) yang menjadi penghubung efektif antara
berbagai pihak, memastikan komunikasi dan implementasi program berjalan lancar.
Dari Ubi Sederhana Menjadi Pangan
Global
Selama ini, kita sering melihat ubi jalar hanya sebagai panganan 'ndeso' dan makanan lokal yang sederhana. Melalui Program DSA Bogor, citra ubi ungu telah berubah. Ubi jalar Bogor yang dikenal memiliki kualitas unggul, rasa
manis khas, dan tekstur lembut, kini menjadi komoditas pangan sehat yang
diminati di kancah global. Tren pangan sehat dunia telah menjadikan ubi jalar
sebagai komoditas yang semakin dicari.
Ekspor perdana ubi jalar ini terlihat hanya seperti transaksi bisnis sebenarnya merupakan momentum penting yang
menunjukkan bahwa:
1. Produk Desa Mampu Naik Kelas: Dengan pendampingan yang tepat,
produk yang berasal dari desa memiliki potensi besar untuk menembus pasar
internasional.
2. Kemitraan yang Adil dan Transparan: Model DSA memastikan petani tidak
hanya menjadi pemasok bahan baku, tetapi menjadi bagian integral dari rantai
nilai yang secara ekonomi menguntungkan dan terhitung secara transparan.
Kolaborasi antara Astra, IPB
University, dan masyarakat desa di Bogor telah menciptakan model pemberdayaan
yang kuat. Keberhasilan ekspor ubi jalar ini diharapkan dapat memicu semangat
bagi desa-desa lain di Indonesia untuk menggali dan mengembangkan potensi
komoditas lokal mereka, menjadikannya pendorong roda ekonomi nasional dan
daerah yang berbasis pada kearifan lokal.
Tidak ada komentar
Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.