Potret Dinamika Keluarga Dari Film Keluarga Super Irit

 




Salah satu dosa yang sering banget diungkit-ungkit suami adalah, saat beli udang di Super*ndo selalu memilih udang yang tidak ada kepalanya. Bahkan kalau perlu (maafkeun) saya lepas paksa itu kepalanya. karena sejujurnya saya ga butuh kepala udang. Daripada memberati timbangan jadi saya putel itu si kepala udang. Dan itu  yang jadi bulan-bulanan bahan pengakuan dosa di rumah kami. hahaha. tapi teman-teman punya ga sih cerita irit-mengirit dalam hidup ini? dari yang super duper irit sampai yang biasa aja. atau bukan kaum mendang-mending. Diisi kepala udang semua hayok aja. buahahaha. Nah, saya akhirnya menonton juga keiritan keluarga lain dari film Keluarga Super Irit.


nobar bersama teman-teman Sidina Community


Saya bersama Sidina Community berkesempatan nonton bareng (nobar) film Keluarga yang diadaptasi dari novel komik Stingy Family series yang ditulis oleh E-room dengan ilustrator Ryu dan Soo-Hyung. Yang kemudian komik tersebut diadaptasi untuk difilmkan di Indonesia  oleh Falcon MD. Dan cakepnya filmnya benar-benar bisa mengapresiasikan keiritan keluarga Indonesia. Mengingat ini komik dengan latar belakang Korea tapi ternyata filmnya beneran menggambarkan Indonesia banget. Sepanjang film saya ngikik sampai ngakak. ampun dah.

pulang nonton ngebut baca komiknya juga 


Film yang diperankan oleh keluarga Dwi sasono dan Widi Mulia ini luar biasa dan memberi banyak pelajaran hidup terutama sih untuk keluarga. Tadinya saya ga begitu hafal anak-anaknya keluarga Dwi sasono setelah nonton Keluarga Super Irit jadi hafal. Ada Dru Prawiro Sasono, Widuri Puteri Sasono dan si bungsu Den Bagus Satrio Sasono. 


Family Resilience (keluarga yang mampu beradaptasi)




Tadinya ga punya ekspektasi film ini bakalan sekeren itu. Tapi dari awal saja film ini openingnya ‘pecah’. Sebagai mahasiswa Ilmu Keluarga IPB, nonton ini berasa melihat potret teori family resilience. Ketahanan keluarga banget nih film ini. Banyak yang mengira keluarga itu bisa stabil jika ekonomi mapan. Karena fungsi keluarga itu tak hanya dari sisi ekonomi tapi juga: fisik, psikologi, sosial, pembinaan lingkungan, cinta kasih, reproduksi, saling melindungi, dll. Malah banyak hasil penelitian yang menunjukkan suport sistem yang bagus membantu banget keluarga untuk memiliki daya lenting yang baik saat ada musibah atau krisis datang. Nah, di film Keluarga Super Irit ini kelihatan banget keluarga pak Tony meskipun dalam keadaan krisis daya lenting keluarga untuk kembali menstabilkan keluarga tuh bagus. Anak-anaknya juga menjadi terlatih banget menghadapi krisis dan tahu harus melakukan apa. Meskipun diselipin kekocakan di sana-sini, film ini dapet banget untuk memberi insight untuk banyak keluarga. 



Family Resource (Sumber daya Keluarga)


Banyak dari kita berpikir sumber daya keluarga itu melulu soal duit. Pernah ga kepikir tentang modal sosial. Anak-anak yang tangguh, yang tertib, yang baik hati, yang berbakti pada orang tua (meskipun ngedumel sedikit2) itu bagian dari sumber daya keluarga. Suami yang berusaha untuk berjuang mencari jalan keluar itu sumberdaya keluarga lo. Istri yang jumpalitan memikirkan bagaimana agar pengeluaran bisa ditekan sedemikian rupa itu sumberdaya keluarga. Film Keluarga Super Irit mewakili semua itu. Si Sally, anak perempuan tangguh itu, si Billy dengan segala kesongongannya yang tetap di jalan yang lurus untuk berada di pihak ayah-ibunya, dan tentu saja si kecil Kenny calon ilmuwan keluarga pak Tony. Bahkan detail-detail kecil ditampilkan manis banget. Seperti foto keluarga hasil nodong wartawan dari kasus korupsi depan rumah. ya ampun, bisa gitu kepikiran. Atau foto capture Billy dari Kenny yang ditempel di lemari buku. Itu, asli, lucu banget ya Allah. Atau ide Billy ngadem di pintu show case minimarket itu juga, ya ampun itu kayak gue banget. Pulang kuliah mampir di depan show case minuman dingin Alf* buahahaha. Padahal cuma ambil aren latte Kenangan.


Keluarga Adalah Suport system terbaik

Billy dan Kenny hadir di akhir tayangan 



melihat hubungan antara Sally dan Billy itu mewakili banget hate-love relationship antar sibling. Sodara itu memang gitu. Saya melihatnya di anak-anak saya sendiri. Ketemu ribut, ga ada saling nyariin. Beberapa orang tua tuh kadang menyembunyikan masalah keluarga dari anak-anak. anak-anak tidak dilibatkan dalam beberapa keputusan penting keluarga. Padahal beberapa hasil studi tuh menunjukkan bahwa keterlibatan anak dalam keputuan penting keluarga ternyata meningkatkan kesejahteraan keluarga. Whoa. Makanya anak-anaknya pak Tony kaget waktu tahu bahwa uang pendidikan mereka digunakan untuk investasi oleh orangtuanya. ini keputusan ga main-main sebenarnya. itulah pentingnya komunikasi efektif bersama anak dan orang tua. Film ini jadi pelajaran penting nih bagi banyak orang tua. 

Pentingnya juga mengapresiasi keberhasilan anak sekecil apapun. Kalau dalam teori moral yang dikenalkan oleh Lickona tuh populer banget tentang respect dan responsibility. Mengharga dan bertanggungjawab. Ini dua hal penting yang saya yakin harus orang tua kenalkan ke anak-anaknya untuk hidup di masyarakat dan itu dimulai dari keluarga. 

Kepanjangan ini cerita saya, udahlah nonton sana! hahahaha. 









Tidak ada komentar

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.