Catatan Juni 2022, Keluarga itu

 


Catatan Juni kali ini cuma mau menyampah saja sih. Hahaha. Jadi yang  merasa ga nyaman, please, go ahead ya. Hahaha. Kalau mengingat obrolan saya dan Miqdad saat ngobrolin tentang ‘Keluarga’ di tema satu pelajaran anak kelas 1 SD. Yang menarik yang masuk keluarga itu siapa sih?


Kemarin Miqdad menggambar ‘keluarga’ versi dia. Lucunya dia kasih keterangan semua jalur yang dia maksud keluarga. Ada ayah, umi, abang Usamah, abang Shuhaib, Kak Salma, abang Zubair, mas Mush’ab. Terus ada nini (neneknya), abah (om-nya), bunda (adek ipar), ada ibu Kendal ( kakak saya) ada ibu sribit (mertua adek saya), ada Ical (sepupu sekaligus partner in crime kalau dia main ke tempat om-nya) ada Fatih (adiknya Ical) ada Nina (sepupu) ada Farras (sepupunya juga).

Baru-baru ini saya mengobrol dengan anak sulung saya tentang definisi keluarga. Ini dimulai saat ia bertanya, karena diminta oleh pihak sekolah, sejak ayahnya ga ada ini yang jadi walinya dia harusnya siapa sih?. Pertama-tama sih saya jelaskan kaidah fiqihnya siapa wali-nya. Lalu berikutnya walinya dia jika walinya yang seharusnya meninggalkan kewajibannya. Dst. Sejujurnya anak sulung saya sempat nggrenengan dengan wali-nya dia secara fiqih. Karena menurut dia lepas tanggung jawab. Bahkan, kami tidak pernah meminta bantuan. Hanya minta, tolong anak saya dikaruhke. Ini permintaan ayahnya juga sih. Kemarin yang menyuruh kalau ada apa-apa tolong kabari pakdhe. Tetapi orangnya, ketakutan, mungkin malu atau khawatir kalau disangkut pautkan dengan adiknya. Bahkan keluarga yang lain juga. Hanya bertanya seperlunya, and that’s just ‘basa-basi’. Anak-anak sendiri yang bilang “ Keluarga kok ga pernah khawatir saat ada anggota keluarga yang ‘hilang’”. Hahaha. Saya sampai ketawa. Lah, kondisi tiap orang beda Nak.

Saya sih nothing to lost, dari dulu. Ga pernah bergantung pada orang lain dalam banyak urusan. Bahkan jika tidak ditanya saya juga ga bakalan meminta tolong kok. Meskipun rumah dekat dengan saudara, untuk urusan domestik, ex: masang lampu halaman yang mati saja saya mending bayar orang lain kok. Kebetulan anak-anak abege pada di asrama jadi ga ada yang bisa disuruh. Tetapi kemarin sulung saya bilang “ Mbok mereka itu (maksudnya saudara ayahnya) ke sini, ngecek lampu, pohon-pohon yang perlu dipangkas kek, or something like that-lah” mosok yo sibuk banget sih. Om-Nung aja lo yang sibuknya ‘alaihim gambreng, selalu ngecek, bahkan nanyain “ anak-anak sudah makan apa belum”, saya ketawa lagi. Dan anak saya langsung bilang “ Blokir saja mereka itu. Ada tapi seperti tidak ada. Mereka mungkin malu sama ayah”. Saya terdiam. Akhirnya saya ikutin saran si sulung untuk ‘memblokir’ kontak.

Saya sampai lupa kalau saya udah memblokir mereka sejak kapan. Hahaha. Sampai kemarin ada yang datang ke rumah, buat ambil buku yang saya bagikan dengan gratis. Dan sulung saya yang lagi liburan nyeletuk “ Tuh kan, mereka datang kalau mereka ada butuhnya aja. Ga nanya kabar adek-adek gimana? Sekolahnya gimana? Udah makan apa belum?, halaman butuh dipangkas ga? Lampu rumah ada yang butuh diganti ga? De-el-el” Astaghfirullah anak ini. Duuh ini sulung saya kok jadi julid begini sih hahaha. Padahal anak ini paling easy going anaknya, tetapi mungkin saking sebalnya dia dengan keluarga ayahnya.

Anyway, saya kemudian menyisipkan pesan ke anak-anak. Setiap keluarga  dibesarkan dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang open minded ada yang tertutup. Ada yang perhatian ada juga yang cuek-cuek saja. Tetapi semoga kita selalu saling mendoakan dan tetap perhatian dengan keluarga. tetap bertanya kabar dan perhatian dengan hal sepele. Saya yakin sebagai orang muslim pasti malu-lah kalau sampai harus memohon-mohon meminta bantuan kepada saudara. Karena mau bagaimana pun yang namanya keluarga itu tidak bisa dibuang nasabnya dari kita. Harusnya keluarga itu sih seperti liriknya ‘Magic Shop’. “ You gave me the best of me. So you’ll give you the best of you” gitu sih. Saudara yang saling mencintai karena Allah itu akan dipertemukan kembali di Jannah-Nya kelak.

1 komentar

  1. aku bacanya juga rada julid lho mak kayak Usamah ahahaha, gemes aja. Tapi emang ada yang seperti itu ya, banyak hehe. Apapun iu, semoga Mak Irul dan keluaga diberi kesehatan dan rezeki yang berkah, aamiin

    BalasHapus

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.