Kebaikan





Gimana? Udah move on belum dari “ Hati-hati di jalan?” hahaha. Ya Lord, kemana saya pergi di sekitaran Jogja di cafe, di mall atau di minimarket lagunya Tulus menemani. Halagh. Nah yang paling diingat itu pas liriknya “Konon katanya Waktu sembuhkan”. Pantes aja satu galaksi Bima Sakti galau gara-gara Tulus. Saya jarang dengerin musik biasanya dengerin musik itu malah kalau lagi  pergi keluar rumah. Mau ga mau jadi ikut numpang dengerin lagu yang lagi hits.


Nah sedikit mau cerita tentang kebaikan seseorang yang juga yang pernah menyakiti kita. Biasanya nih, sifat manusia, adalah melupakan seluruh kebaikan hanya karena satu kesalahan. Ibarat kata pepatah “ gara-gara nila setitik rusak susu sebelanga”. Kebaikan yang begitu banyak menjadi tak berarti hanya karena satu kesalahan. Apalagi perempuan. Kesalahan pasangan dari zaman Triceratop akan diingat sampai ad-dhukhon datang. Hahaha. Pokoknya ga bakalan dilupakan.

Sebenarnya penting sekali kita memaafkan dan melupakan kesalahan. Sebagaimana Allah memaafkan kesalahan kita yang seperti pasir di pantai seperti bintang di langit. Betapa banyak maksiat yang kita lakukan tetapi Allah dengan mudah menghapus seluruhnya ketika kembali pada-Nya dengan segala ketulusan untuk meminta maaf. Masya Allah. Dimudahkannya segala urusan kita padahal kita sering menjauh dari-Nya. Padahal orang bijak pernah bilang “ Bagaimana kau akan mendapat kebahagian jika kau menjauh dari sang pemiliknya”. Cuma masalahnya kita tidak bisa berlaku hal yang sama pada manusia. Ketika ada kesalahannya seluruh kebaikannya menjadi debu di hadapan kita. Astaghfirullah.

Itulah kenapa saya selalu bilang sama anak-anak ‘ Nak, Umi ridha atas segala yang pernah kalian lakukan. Umi maafkan seluruhnya. Dan maafkan kesalahan Umi ya anak-anakku”. Karena saya tahu betapa banyak kebaikan anak-anak yang telah mereka lakukan. Tetapi kadang saya menganggap remeh kebaikan mereka. Maafin Umi Ya Nak.

Itulah yang sedang saya usahakan dalam kehidupan ini. Berusaha memaafkan kesalahan dan melupakan kesalahan orang lain. Dan rasanya itu lebih membahagiakan. Tidak mau overthingking lagi. Dan jujur urusan rasanya menjadi lebih mudah. Its work. Masya Allah. Karena saya harus akui banyak kebaikan orang yang saya lewatkan jika selalu mengingat-ngingat kesalahannya. Sayang kalau vibes positives itu dilewatkan hanya karena nila setitik. Dan bener juga sih kata Tulus " Konon katanya waktu sembuhkan". Bukankah waktu adalah salah satu keajaiban yang Allah anugrahkan kepada kita. Bahkan Allah bersumpah demi waktu. Bagaimana dengan kita? Sudahkah memaafkan kesalahan dan berterima kasih untuk banyak kebaikan. Karena mengingat kebaikan itu malah membahagiakan lo. "Ga papa jika kamu tidak menjadi apa-apa yang penting kamu bahagia" kata babang Suga. Hahaha


1 komentar

  1. Auto mewek bacanya..
    Bener sekali mbak, disaat marah, seluruh kebukurannya yang diingat dan seluruh kebaikannya ibarat rumus x 0 = nothing.

    Terima kasih sudah mempost tulisan ini, mbak :)

    BalasHapus

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.