Saat Memasak Jadi Obsesi, Review Film Burnt



Awal September ini saya  maraton menonton beberapa film yang udah ta pilih via review beberapa instagram tentang film. Dan salah satunya film Burnt. Dan ini salah satu film tentang memasak terbaik menurut saya. 


Saya udah nonton beberapa film tentang masak memasak. Dan rata-rata bagus sih. Kayak : Chef, The Hundred Foot Journey, dan Julie and Julia. Hahahaha. Bikin mupeng sama alat masaknya. Gara-gara film -film itu saya terobsesi punya Skillet iron cast keluaran Lodge. Ya Allah kabulkanlah. Aamiin. 

Nah film Burnt ini berkisah tentang seorang chef yang sukses di Paris tetapi merusak kariernya dengan alkohol dan drugs. Duuh ya. Diperankan dengan sangat apik oleh Bradley Cooper sebagai Adam Jones. Kemudian Adam bertekad mengembalikan kejayaan nya dengan merebut bintang 3 Michelin. Tahu kan ya Michelin itu apa. Itu penghargaan bergengsi untuk para chef. Mulai dari bintang 1, 2 dan 3 yang terbaik. Meskipun bintang satu Michelin itu aja udah badai banget dalam dunia masak memasak. 
Pemain lain diperankan oleh Sienna Miller sebagai Helene yang menjadi saus chef di restoran itu lalu ada Michael dulu nya kawan akrab si Adam saat di Paris. Ada juga sekilas Alicia Vikander tapi dia cuman tampil sebentar doang. 


Cerita sedikit nih ya. Sebagai anak perempuan yang terlahir dari ibu yang pandai memasak. Mau ga mau saya sedikit tertekan dengan keahlian mama. Mama bahkan bisa menentukan nasi itu sudah matang atau ga cuman dengan mengetuk dandang nya. Gimana ga badai kan? Mama memiliki usaha warung makan dan katering. Dan sering menangani permintaan katering untuk pesta dan mantenan. Jadi yang namanya masak sapi seekor dua ekor itu mah biasa buat mama. Dan saya belajar. Memasak itu memang butuh kesempurnaan. Mungkin ada orang yang bilang "Ah cuman urusan perut aja" Tapi saya belajar dari memasak. Menghargai keahlian kita dengan menghasilkan karya terbaik itu adalah kewajiban. 


Kembali lagi ke film Burnt ini. Si Adam terbiasa perfect. Itu yang bikin dia sukses. Nah mungkin dia ga bisa menangani suksesnya yang datang terlalu cepat dan di usia yang masih belia. Akhirnya larilah ke alkohol. Untung nya dia memiliki keahlian yang dia sadari membuat dia 'kaya' seperti yang dia bilang " Di dapur membuat ku berada".
Ada scene saat si Adam marah-marah sama anak buahnya di dapur. Dia ga menerima ga kesempurnaan. Saya sampai tahan nafas khawatir dia melempar 3 tumpukan wajan Visions impian saya yang ada di sebelah dia. Hahahahaha. 
Saya suka melihat kesibukan para chef ini di dapurnya. Keliatan banget ya mereka menikmati dunia memasak. Memasak ga cuman sekedar menyajikan makanan. Tapi juga seni dan citarasa terbaik. Dan satu lagi " Laki-laki yang jago masak itu so haaaaawt" Hahahahaha. Iya beneran. Laki-laki bisa masak itu sexy. Saya bahkan kalo bepergian suka memvideo para lelaki yang memasak di restoran atau kedai mereka. Syaa punya video babang India yang lagi masak di sebuah restoran di KL. Nyimpen juga video mamang-mamang yang lagi masak kari di sebuah kedai masakan Pakistan saat di Madinah. Mengintip untuk mengambil foto seorang chef yang sedang membuat kebab di sebuah restoran di Istanbul. Mereka semua keren. Hahahahaha. 

Para food blogger kudu nonton film ini nih. Menghibur sekaligus dapat insight keren untuk konten tulisan. 
Kekurangan nya cuman satu. Sepanjang film bertebaran sumpah serapah yang bikin kuping panas. Saya nonton pake laptop dan headset. Jadi gitu deh. Tiba-tiba kaget denger bahasa nya si Adam dan si Tony. Hahahaa. 

Tidak ada komentar

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.