Ratu Drama
ada yang suka seni drama ga? Bukan drama
queen ya, please bukan itu. Yang ini bener-bener seni drama. Nah waktu saya
berseragam putih biru saya suka banget membaca novel-novel klasik. Apalagi waktu
itu perpustakaan sekolah benar-benar memadai untuk buku-buku bagus. Mulai dari
novel-novel karya Pujangga Baru, novel-novel sastra yang keren-keren itu saya baca dengan lahap. Waktu SMP itu interaksi saya dengan dunia buku benar-benar
melesat. Itulah kenapa saya suka kasih saran sama orang tua yang punya anak ABG
untuk mengenalkan mereka dengan buku-buku bagus saat anak-anak memasuki dunia
remaja. Karena beneran dunia remaja itu proses pencarian jati diri yang kalau
ga pas udah deh meleng ke yang ga bener. Makanya di rumah saya juga mulai
menyediakan buku-buku yang bagus untuk bacaan anak remaja.
Nah pas zaman SMP itu saya kenal
dengan seni drama. Awalnya sih bikin naskah terus memilih pemain. Mengatur acting
para pemain sampai memilih kostum, begh sudah berasa Hanung Bramantyo aja
perasaan. Hahahaha. Meskipun suka seni drama tapi saya ga pernah sekalipun main
di drama yang saya tulis. Saya sukanya behind the screen. Ciyeeeeee.
Waktu itu drama kami tidak memakai
dialog. Dialog diganti dari potonga-potongan lagu. Pemilihan dialog ini yang
ribet banget. Bayangin ya zaman tahun 90-an. Motong lagu dari kaset. Pokoknya telinga
dipasang terus potongan lirik yang mau diambil di pas-pas kan. Terus di rekam. Nanti
baru disambung-sambung dengan potongan lirik dari lagu-lagu yang lain. Satu naskah
drama bias memakai 10 lagu lo bahkan lebih. Dulu sih ngerjainnya santai aj
maklum anak remaja. Ga kenal capek. Pas sekarang kalau diinget. Whoaaaa asli
itu keren banget.
Kenapa saya bilang itu keren. Jadi dengan
teknologi seadanya kami membuat sebuah pertunjukan drama dengan dialog dari
potonga-potongan lagu yang lagi hits di zaman tahun 90-an. Ada banyak drama
yang sudah kami tampilkan. Mulai dari Klenting Kuning (sudah dimodifikasi ya)
dibuat lucu pokoknya. Terus Pocahontas (awwww, ini asli keren banget). Terus Joko
Tarub dan Bidadari. Dan masih ada beberapa lagi judul drama yang sudah saya
bikin. Drama-drama itu biasanya ditampilkan di event-event sekolah. Dan sekolah
saya dulu itu sebuah yayasan yang menjadi induk 4 sekolah. Mulai dari TK, SD,
SMP dan STM. Bias dibayangkan kalau ada event sekolah yang nonton setribun
sendiri. Hahahaha. Itu semacam ajang untuk unjuk diri juga sih. Halagh. Ngecengin
kakak kelas yang kece-kece. Whoaaaaaa.
Tetapi dengan hobby ini keahlian saya
menjadi terasah. Saya menjadi terpacu untuk membaca banyak buku dan mencari
kisah-kisah bagus baik dari dalam negeri maupun luar. Mencari dongeng-dongeng
dari berbagai daerah sampai fable-fabel dari barat. Menerjemahkan banyak lirik
lagu berbahasa Inggris sampai belajar membaca not lagu. Dan saya rasa keahlian
ini ga mungkin deh didapat kalau bukan Karena proses kreatif. Kalau mengandalkan
pelajaran di sekolah kayaknya bakalan jauh hasilnya.
Yang kalau diinget-inget, ya ampun
aku kok bisa bikin begituan. Hehehehe. Mungkin itulah kenapa saya agak dramatis,
halagh. Sempet dulu pernah kepikiran untuk kuliah di ISI ( Institute Seni
Indonesia) lalu kemudian sadar itu bukan tempat saya.
horeee ada yg suka seni drama juga. tooossss mbk
BalasHapus