Resolusi Hijau 2015
di mulai dari Rumah Tangga
dan Komunitas
Sebenarnya bisa di bilang sejak
keluarga kami menjalani Homeschooling kami berusaha untuk hidup ramah
lingkungan. Komitment untuk go green memang tidak di canangkan secara eksplisit
tetapi dalam kehidupan sehari-hari kami berusaha untuk menerapkan hidup ramah
lingkungan dengan bentuk yang sederhana. Nah, tahun 2015 ini ada banyak komitment
untuk menjalani hidup yang lebih ‘hijau’.
Berikut adalah #ResolusiHijau2015
yang saya dan keluarga upayakan untuk di jalani di tahun 2015 ini.
1. Menerapkan pertanian FAITH
Secara sederhana FAITH adalah upaya
untuk memenuhi sumber makanan dari rumah tangga sendiri. Alias menanam tanaman
yang bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Dan mulai akhir tahun 2014
kemarin saya terkena 'racun' FAITH ini dari seorang teman blogger dan keranjingan
sampai sekarang. Bahkan saya bertekad untuk menjalani pertanian FAITH ini
secara lebih serius lagi. Prinsip sederhananya menanam itu bukan masalah tempat
tapi masalah niat. Jadi lahan terbatas itu bukan halangan untuk berkebun. Dan tentu
saja pertanian FAITH (Food Always In The Home) ini sesuai dengan prinsip ‘hijau’ keluarga kami. Apalagi anak-anak
menjadi bersemangat untuk turut membantu. Mereka membuat jadwal berkebun
sendiri dalam kegiatan harian mereka.
beberapa pot hasil FAITH kami ^^ |
2. Katakan tidak untuk popok sekali
pakai
Prinsip untuk hidup tanpa pospak ini
mulai saya jalani awal tahun ini. Kebetulan saya baru saja melahirkan bayi awal
Januari 2015 ini. Saya sadar betapa besar sekali dampak buruk pospak bagi bumi.
Sampah pospak sulit untuk di urai sampai ratusan tahun kedepan. Padahal ada
jutaan bayi setiap tahunnya yang memakai pospak.
Menurut detik.com Hasil temuan Nielsen Consumer Panel Service dari bulan Oktober 2011-September 2012 yang mencakup 5.600 panel rumah tangga di daerah urban di Indonesia menemukan penggunaan popok sekali pakai mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 26,2 persen.
Menurut detik.com Hasil temuan Nielsen Consumer Panel Service dari bulan Oktober 2011-September 2012 yang mencakup 5.600 panel rumah tangga di daerah urban di Indonesia menemukan penggunaan popok sekali pakai mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 26,2 persen.
Dan sebagai
pengganti pospak saya beralih ke clodi alias cloth diaper alias popok
kain. Bahkan saya mulai mencicil membeli clodi ketika usia kehamilan empat bulan, dan popok kain lebih sehat dan aman buat kulit bayi kami.
3. Meninggalkan pembalut sekali pakai
Sejak memutuskan beralih ke clodi saya
juga meninggalkan pembalut sekali pakai. Saya beralih ke pembalut kain yang
hari ini mulai banyak di temukan di pasar. Apalagi pembalut sekali pakai sangat
tidak nyaman karena sering menimbulkan iritasi. Dan dampak pembalut sekali
pakai juga sama bahayanya dengan popok sekali pakai. Sejak beralih ke pembalut
kain saya merasa lebih nyaman dan merasa lega karena bisa mengurangi sampah
untuk bumi.
4. Mengurangi pemakaian plastik.
Menghindari plastik memang sulit
tetapi bukan berarti tidak bisa. Paling sederhana adalah membawa kantong
belanja sendiri bila pergi belanja. Membawa bekal makanan danminuman sendiri
jika bepergian. Dan memakai kembali plastik kresek yang didapat untuk keperluan
yang lain. Bahkan bisa di bilang saya termasuk kolektor tas belanja aneka rupa.
Anak-anak yang mendapat tugas belanja ke pasarpun sangat concern dengan prinsip
nope for plastik ini. Sehingga mereka menolak jika mendapat plastik yang
berlebihan dari penjual.
membawa kantong belanja sendiri jika belanja dan membawa bekal makan dan minum sendiri ketika bepergian |
5. Being Local.
Alias menjalani hidup sebagaimana
penduduk lokal. Dalam hal ini adalah kebiasaan memakan makanan yang tumbuh dan
hidup di lingkungan kita berasal. Menjalani hidup sehat dengan memakan makanan
lokal. Hari ini betapa banyak makanan lokal yang sudah di olah dengan baik. Dan
tentu saja kebiasaan memakan makanan yang berasal dari tempat kita tinggal bisa
memutus jalur distribusi yang biasanya menggunakan lebih banyak kemasan.
6. Menghidupkan kembali komunitas untuk Kampanye Hidup 'Hijau"
Kebetulan saya mendirikan sebuah
komunitas untuk para ibu di kampung saya yang saya beri nama Emak School. Kami rutin
mengadakan pertemuan sebulan sekali untuk berbagi ilmu tentang pengasuhan anak,
keluarga dan menghidupkan lingkungan yang lebih ramah. Saya pernah mengadakan
pelatihan pembuatan kompos rumah tangga untuk para ibu di Emak School.
Juga
pembuatan penyaring air sederhana. Pembagian poster Hemat Air karena besar
sekali dampak penggunaan air secara benar ini bagi kehidupan. Semakin banyak
orang pindah ke kawasan urban, membuat kota-kota di seluruh dunia mengalami
tekanan yang tinggi untuk menambah pasokan air tawar demi mendukung pertumbuhan
mereka. Malah, penelitian pertama untuk sumber air dan tekanan untuk kawasan
urban yang telah dipublikasikan oleh Global Environmental Change (2/6)
menunjukkan bahwa kota-kota besar dunia ‘menggerakkan’ 504 miliar liter air –
cukup untuk mengisi 200.000 kolam renang ukuran olimpiade – menempuh jarak
27.000 kilometer setiap harinya. Walaupun hanya menempati 1% dari permukaan
Bumi, kota-kota besar dunia mengambil air dari daerah aliran sungai (DAS) yang
mencakup 41% dari total luas permukaan tersebut. Kualitas air tawar mereka pun
tergantung pada penggunaan DAS yang ada (sumber: www.nature.or.id).
Juga
membagikan stiker “larangan merokok di
dalam rumah bagi keluarga yang memiliki bayi, balita, ibu hamil dan lansia”.
bersama Komunitas Emak School |
Pembagian Poster dan Stiker Hemat Air ke para ibu anggota Emak School |
Kampanye Hemat Air bersama teman-teman Komunitas Omah Parenting |
Karena saya percaya membangun
komunitas yang peduli lingkungan akan sangat besar dampaknya bagi kehidupan. Karena
kita tidak bisa menjaga bumi ini sendirian. Kita harus menjalin tangan untuk
bersama-sama berkomitment untuk hidup yang lebih ‘hijau’ bagi kelangsungan bumi
yang lebih nyaman.
Harapannya Resolusi Hijau 2015 yang
saya canangkan ini bisa berjalan dengan lancar. Dan bisa menjadi kebiasaan bagi
keluarga dan lingkungan tempat tinggal kami.
Bahkan saya berharap komunitas kami
bisa ikut serta dalam program konservasi lingkungan yang diadakan oleh TheNature Conservancy Program Indonesia dan bisa menjadi mitra ke depannya.
Tulisan ini di ikut sertakan dalam
lomba blog "Resolusi Hijau 2015" Blog Challenge
wah,keren bangettt...itu penyaring airnya dari apa mbak??
BalasHapuspenyaringnya pakai botol bekas, pasir, kerikil dan kapas mb hana
HapusSaya terkesima dengan FAITH, rencana sudah dari lama, realisasi belum juga. Makasih mba Irul, menginspirasi.
BalasHapusayo uni yosi kita ber FAITH ria :)
HapusPakai popok kain untuk sehari2, menggunakan popok sekali pakai saat anak udah berusia 6 bulan lebih dan saat bepergian saja.
BalasHapusTapi kalo untuk menggunakan pembalut, masih nyaman dgn yg sekali pakai dan buang. Dengan syarat ganti setiap 3 jam sekali.
Penyaring air alhamdulillah sudah diterapkan juga di rumah. :)
Semangat Mak Irul untuk membangun komunitasnya.
pembalut kain itu nyaman banget
Hapussetujuuu mak...semua mulai dari kita, dari keluarga...dari hal-hal sederhana yang bawa dampak luar biasa...sukses go greennya maaak...
BalasHapus