Beginilah Anak-anak Israel Dididik; Penjelasan untuk Kebiadaban Serdadu Zionis
saya ambil dari tulisan di Kompasiana
Pemuda berdarah Duri (Sebuah suku kecil di Sul-Sel), sedang merantau dan belajar di Jogja. tertarik pada sastra dan ushul fikih...perpaduan yang aneh memang :) dan dituangkan di http://ayubalmarhum.blogspot.com/ dan http://ayubmenulis.blogspot.com/
Barangkali hal itulah yang menjadi motivasi dari seorang peneliti dari London Institute For Economic Studies bernama Ary Syeraby seperti dikutip Rakhmat Zaenal di dalam bukunya Makelar Dongeng Holocoust Catatan Perjalanan Dari Dalam. Ary yang merupakan mantan anggota satuan khusus Anti-Terror di ketentaraan Israel itu membuat sebuah penelitian dengan sampel 84 anak-anak Israel. 84 anak itu diminta menulis surat imajiner kepada seorang anak Palestina dengan keyakinan bahwa surat itu memang akan sampai dan dibaca oleh anak Palestina yang mereka kirimi surat. Hasinya mencengangkan, atau malah mudah ditebak. Penelitian yang dilakukan ditengah menggeloranya Intifadah yang telah ‘merepotkan’ Israel semalama 11 bulan itu dimuat di koran ternama Israel Maarev edisi 26 Agustus 2001 Israel (Zaenal, 2006 : 25). Dan inilah beberapa surat imajiner anak Israel kepada rekan-rekan mereka dari Palestina ;
Seorang gadis kecil berusia 9 tahun menulis surat kepada seoang bocah Palestina yang dihayalkannya bernama Muhammad, isi surat tersebut ;
Saya akan menanyaimu tentang sesuatu yang tidak bisa saya pahami. Apakah kamu akan menjawabku? Kenapa kamu selalu terlihat baik-baik dan tampan padahal kalian kelihatan berkulit gelap, rakus, dan berbau? Kenapa kalau saya keluar dari rumah dan mencium bau busuk, saya selalu menoleh dan mendapati bahwa salah satu dari kalian lewat di dekatku?
Seorang bocah Israel mengirim kepada anak Palestina yang juga dibayangkannya bernama Muhammad :
Kepada Muhammad yang berbisa… saya mengharap kamu mati. Shalom untukku, dan tidak untukmu.
Anak Israel yang lain menulis kepada anak Palestina yang direkanya bernama Yaser ;
Wahai Arab, wahai brengsek, dan goblok… kalau saya melihat kamu dekat rumah kami, saya akan meminum darahmu, wahau Yaser.
Surat yang paling memprihatinkan dan membaut kita merasa kasihan kepada bukan hanya rakyat Palestina tapi juga anak-anak Israel adalah surat yang ditulis oleh seorang putri berusia 8 tahun kepada anak Palestina rekaannya yang dibayangkannya juga berusia sama :
Sharon akan membunuh kalian dan penduduk kampung … dan jari-jari kalian dengan api. Keluarlah dari dekat rumah kami wahai monyet betina. Kenapa kalian tidak kembali ke tempat di mana kalian datang? Kenapa kalian mau mencuri tanah dan rumah kami? Saya persembahkan untukmu gambar ini supaya kamu tahu apa yang akan dilakukan Sharon pada kalian. Ha…ha…ha…
Gambar yang ditunjukkan bocah itu tidak lain adalah gambar Sharon dengan kedua tangannya membawa dua kepala anak Palestina yang berlumuran darah.
Mengapa anak-anak Israel itu bisa menulis surat bernada demikian kepada anak-anak Palestina? Jawabannya mungkin adalah sistem pendidikan mereka yang memang mengarahkannya demikian. Nurit Peled-Elhanan Seorang Profesor Bahasa dan Pendidikan dari Universitas Hebrew pernah melakukan penelitan terhadap materi ajar di sekolah-sekolah Israel lalu menuliskannya di dalam sebuah buku berjudul Palestine in Israeli Schoolbooks : Idealogy and Propoganda In Education. Di dalam sebuah wawancara yang diunggah ke situs Youtube, Elhannan menyampaikan isi bukunya yang terbit November 2011 lalu itu. Ia menyampulkan bahwa buku-buku teks (textbooks) yang digunakan di sekolah-sekolah Israel dipenuhi dengan ideologi pro-Israel, dan konten buku-buku tersebut berperan besar dalam menggiring anak-anak Israel untuk mengikuti pelayanan militer terhadap negara. Elhanna menganalisa tampilan dari gambar-gambar, peta, bahkan tata letak buku dan penggunaan gaya bahasa di dalam buku-buku pelajaran Sejarah, Geografi, dan Kewarga negaraan. Hasil analisisnya itu menunjukan bagaimana buku-buku tersebut memarginalisasi orang-orang Palestina, memberikan legitimasi kepada tindakan-tindakan militer Israel dan memperkuat identitas teritorial Yahudi-Israel.
Jadi jika kita melihat tindakan-tindakan biadab dari serdadu yang disebut penyanyi Rap Inggris Lowkey sebagai soulless soldiers dari kesatuan tentara Israel tidaklah mengherankan meskipun memang mengerikan. Hal tersebut adalah bukti berhasilnya sistem pendidikan di negara Israel. Dan jika kita bertanya apakah mereka tidak memiliki rasa kemanusiaan? Jawabannya mungkin bisa ditelusuri pada klasifikasi manusia menurut Talmud, kaum Yahudi adalah manusia seutuhnya, sedangkan manusia lain termasuk Arab-Palestina adalah kaum ghoyim. Ghoyim itu bukan manusia, jadi tidak butuh perlakuan manusiawi, sebagaiamana kita yang bisa dengan enteng menyembelih ayam potong. Terakhir, tulisan ini bukannya hendak menyebar rasa benci, sekedar berupaya memberkan jawaban terhadap pertanyaan tadi ; sampai kapan semua pembantaian itu berlangsung? Tampaknya jawabannya adalah keberhasilan sistem pendidikan Israel mewariskan semangat semboyan Manachem Begin “aku berperang maka aku ada” maka petaka ini akan terus berlangsung hingga Allah Yang Maha Adil memenangkan pihak yang berhak menang.
cuma doa dan sumbangan yang tak seberapa buat saudara kita di palestina.
BalasHapusNegri yang sulitnya minta ampun untuk mencapai udara kemerdekaan.tapi janji Allah...selalu terpenuhi bagi darah para kaum jihad.
iya mbK, Rasanya malu klo kita di Indonesia masih bisa bersenang2, ketawa-ketiwi tapi di Gaza sana saudara kita dibantai
BalasHapus