![]() |
Miqdad sedang membaca buku di buku.kemdikbud.go.id |
Perjalanan sekolah rumah mandiri keluarga kami
dimulai saat si sulung berusia enam tahun. Saat itu anak mbarep pernah terdaftar di sekolah formal. Di sebuah sekolah dasar islam di pinggiran
kota Bantul. Kemudian terjadi sedikit perbedaan pendapat dengan gurunya tentang
“Bagaimana suara telepon?” si sulung menjawab” Tuuut, tuuut, tuuut” sedangkan
ustadzahnya menjawab “Kriiing, kriiing, kriiing”. Setelah beberapa diskusi dan
juga beberapa kali mogok sekolah, akhirnya kami memutuskan anak-anak ‘kembali’ ke
rumah dan memulai perjalanan panjang sekolah di rumah.
![]() |
Membuat robot hidrolik dengan bantuan tutorial dari Youtube |
Meskipun kami
menjadi ‘aneh’ sendiri di keluarga. Ibu saya sampai ngambek karena mengetahui
cucunya ‘tidak sekolah’. Padahal sekolah rumah mandiri yang dikenal dengan
homeschooling sudah mulai familiar di Indonesia sejak zaman Kak Seto dan homeschoolingnya.
Meskipun homeschooling yang benar-benar homeschooling masih terhitung sedikit
di Indonesia. Sedangkan secara hukum homeschooling sendiri sudah menjadi
salah satu sistem pendidikan yang legal. Hal ini berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2014. Saya ingat
sekali saat itu yang menjadi menteri pendidikan adalah bapak Muhammad Nuh. Dengan peraturan
tersebut menjadikan sekolah rumah atau homeschooling memiliki kekuatan hukum dimana “proses
layanan pendidikan secara sadar dan terencana yang dilakukan oleh orang tua
atau keluarga di rumah atau tempat dengan suasana kondusif” diakui oleh negara.
Ini artinya anak-anak pelaku sekolah rumah mandiri memiliki kekuatan hukum dan berhak
untuk mendapatkan ijazah serta melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
Transformasi pendidikan ke rumah kita?
![]() |
Membuat robot dengan sensor cahaya menggunakan aplikasi Arduiono |
Masalahnya adalah
bagaimana transformasi pendidikan dapat tersampaikan di rumah-rumah kita? Nah, saya
sangat berterima kasih dengan teknologi hari ini yang sangat memudahkan setiap
pembelajar dapat mengakses pengetahuan darimana saja dan dimana saja. Sebenarnya
inikan sejalan dengan prinsip Merdeka Belajar.
Ada kata bijak yang selalu saya ingat tentang teknologi yang saya dapat saat saya mengikuti pelatihan internet sehat di tahun 2015.
“Teknologi itu adalah seperti memiliki rumah di pinggir sungai. Orangtua yang penyayang akan menutup jalan ke sungai sedangkan orangtua yang bijak akan mengajari anak berenang”.
Seperti
itulah peran teknologi dalam dunia pendidikan dan pengasuhan kita hari ini. Sebagai
orangtua kita punya peran penting bagaimana agar teknologi ini menjadi ‘benar’
dalam tugasnya dalam menyampaikan pengetahuan ke anak didik. Karena tenologi
sendirikan seperti dua mata pedang. Ia bisa memberikan manfaat seluas-luasnya
bagi kehidupan manusia atau malah sebaliknya menjadi jalan kehancuran umat
manusia.
Ada sedikit
tips sebenarnya dari pengalaman keluarga kami menjalani homeschooling tentang
pengambilan ilmu pengetahuan.
1.
Pengambilan
sumber belajar
Saat ini
sumber belajar yang kredibel bisa kita akses dengan kemudahan teknologi
internet itu bertebaran di seluruh muka bumi (internet). Berdasarkan survei ‘penetrasi internet Indonesia 2024’
yang dirilis APJII, maka tingkat penetrasi internet Indonesia menyentuh angka
79,5%. Terjadi peningkatan 1,4% dari sebelumnya. Tak heran banyak banget
sumber belajar bagus di internet. Buku-buku elektronik lengkap dengan worksheet
dan video tutorialnya bisa kita akses dengan mudah di internet. Belajar secara ‘langsung’
dengan guru bisa menggunakan teknologi zoom, google meet dan sejenisnya.
Menariknya
saat ini sumber buku elektronik di internet banyak yang bagus dan berbobot.
Bahkan kemendikbudristek meluncurkan SIBI dan Budi berupa buku-buku belajar dan
buku cerita anak. Dengan ilustrasi cakep dan sesuai dengan kebutuhan anak. Anak-anak
saya juga familiar dengan read aloud dan bukunya diambil online salah satunya ‘lets
read’.
Teman-teman
bisa langsung mampir saja ke https://budi.kemdikbud.go.id/
, https://buku.kemdikbud.go.id/ ini
resmi diluncurkan oleh kemendikbudristek lo.
2.
Buat peraturan
bersama dan konsisten dalam proses perjalanannya bersama
seluruh anggota keluarga. Konsisten itu kunci sih dalam menjalankan
homeschooling. Komitmen keluarga untuk saling bertumbuh bersama tak hanya anak
tetapi yang bertumbuh adalah orangtua. Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Dwi
Haryanti, M.Pd.I ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan melibatkan orangtua dalam pendidikan anak, yakni:
(a) meningkatkan kehadiran anak; (b) meningkatkan perilaku positif anak; (c) meningkatkan pencapaian perkembangan anak; (d) meningkatkan komunikasi antara orangtua dan anak; (e) meningkatkan kepercayaan diri orangtua dan masih banyak
lagi. Masya Allah. Ga pernah rugi mendampingi tumbuh kembang anak. Lelahnya insya
Allah Lillah dan berbuah pahala.
3.
Selalu belajar
dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi
zaman. Jangan berhenti belajar.
Teknologi itu
bisa diambil oleh siapa saja dan itu kesempatan yang harus dimanfaatkan.
Melihat perkembangan teknologi yang begitu cepat hari ini. Mau tidak mau kita
harus terbuka dengan hal-hal baru. Kuncinya sih, tentukan prioritas. Mana teknologi
yang bisa kita terapkan dalam pendidikan anak-anak homeschooling dan mana yang
tidak perlu kita ambil. Adakalanya metode konvensional bisa lebih relate dengan
anak-anak homeschooling dibandingkan menggunakan teknologi terbaru, begitu. Meskipun
sebutannya sekolah rumah, anak-anak saya terhitung update dengan teknologi dan
banyak teman dari berbagai kalangan. Kedekatan mereka dengan teknologi malah
membawa mereka berkawan lintas usia, status dan negara.
Anak saya yang nomor empat sudah tiga tahun bergelut dengan dunia robotic dan programming computer. Membuatnya berteman dengan para pecinta robot dan instrument elektronik. Ia memulainya bukan dari sekolah formal. Ia belajar didampingi seorang coach yang juga dosen elektro sebuah PTN di Jogja. Dan sampai akhirnya saat ini di kelas 6 SD ia sudah familiar dengan aplikasi Arduino dan IOT. Anak-anak yang tidak sekolah ternyata bisa berdampingan dengan teknologi tepat guna. Tak hanya pengguna tetapi juga terlibat dalam perkembangan teknologi itu sendiri. Saat ini anak mbarep sudah berkuliah di jurusan DKV.
Pesan saya
sih, jangan khawatir dengan kemampuan anak-anak homeschooling beradaptasi
dengan teknologi. Dengan arahan yang tepat mereka akan menjadi bagian dari
perkembangan dunia teknologi Masyarakat dunia. Insya Allah.
Justru keberadaan teknologi ini sangat membantu para pelaku homeschooling ya mbak, sumber belajar yang melimpah. Tinggal kita mendampingi anak-anak untuk memilih dan memilah mana sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka
BalasHapusKeren sekali cerita perjalanan homeschooling keluarganya mbak
BalasHapusMemang anak homeschooling nggak kalah bersaing dgn anak ank sekolah formal. Selama sumber belajarnya tepat dan orang tua selalu mendampingi
Kalo masalah perbedaan antara murid dan guru emang gitu yaa. Banyak murid yg dipaksa ngikuti gurunya.
BalasHapusLalu kalo homeschooling gini ikut PKBM kan kak? Lalu nanti ikut ujian kejar paket. Setauku gini.
kesempatan belajar lebih luas dan durasinya juga bisa lebih panjang jika mau menekuni suatu teknologi.
BalasHapussaat ini aku masih belajar sabaaar mendampingi proses homeschooling anakku. Sambil afirmasi diri dan sadar diri, anaknya masih 9 tahun, didukung tapi jangan terlalu ngegas juga. hehe...
Dua tahun sebelum pandemi saya berkenalan dengan keluarga mahasiswa dan mahasiswi Indonesia muslim yg mendapatkan beasiswa di jepang melalui internet.
BalasHapusSaya jadi tahu mereka tidak menyekolahkan anaknya di sekolah formal jepang, melainkan mereka mengajarkan anaknya belajar di rumah saja. Saat itu saya tahu istilah Homeschooling.
Saya meminta "kurikulum" yg mereka pakai lalu saya terapkan kepada Fahmi putra saya
Alhamdulillah,anak saya bisa dan justru bisa mengungguli anak lain yg katanya mengenyam sekolah formal.
Sistem pembelajaran di rumah kemudian jadi buming pas covid19. Saya dan anak justru sudah terbiasa.
Tidak ada perbedaan antara sekolah formal maupun homeschooling ya, terlebih orang tua wali anak serius dan bertanggung jawab
dari teknologi ini anak-anak bisa belajar mandiri dengan menonton video-video yang ada, seperti anakku bisa mixing sound sendiri menggunakan aplikasi, edit video, design kaos bola, semua dilakukannya dengan belajar dari video-video yang ada di youtube maupun tiktok
BalasHapusSiapa dulu donk mamahnya? Anak berhasil belajar di homeschooling tentu membanggakan. Ya walaupun awalnya sang nenek bingung hihihi :D Justru pembelajaran teknologi yang diperoleh ternyata cocok dan disukai anak, bagus banget. Semoga semakin berprestasi dan semangat belajar ya, Nak :)
BalasHapusSelalu salut sama keluarga yang berani mengambil keputusan homeschooling. Karena jelas ini tidak mudah. Dari lingkungannya juga harus dapet support penuh, dan memang benar peran teknologi harus tepat sasaran. Makasih ya tipsnya maakkk, dapet insight baru jadinya.
BalasHapusPadahal anak Home Schooling juga gak kalah dengan anak-anak yang sekolah formal, apalagi sekarang ini teknologi sudah semakin maju ya. Materi pendidikan pun sudah mudah diakses dan membuat anak juga lebih terampil ya mak.
BalasHapusSaat ini, teknologi adalah hal yang paling penting untuk anak anak zaman sekarang
BalasHapusBukan hanya sebagai penikmat saja, melainkan juga harus ambil bagian sebagai pencipta ya
Cerita homeschooling nya sangat inspiratif mbak
Kemajuan teknologi semakin memudahkan proses pengajaran termasuk proses pembelajaran homeschooling. Meski di beberapa wilayah masih terasa tabu, padahal homeschooling itu sendiri sangat sejalan sama Merdeka Belajar.
BalasHapusTerpenting anak dan orangtua saling komunikasi dan memahami tujuan atau goal dari homeschooling ini sendiri. Aku lihat anak-anak homeschooling malah jauh lebih kreatif dan punya skill yang lebih mumpuni di passion nya.
Kerennya ya mak, belajar otodidak lewat youtube dan buku2 tetap bisa memparktikkan sendiri. Aanak2 sekarang juga tampaknya lebih mudah beradaptasi dengan teknologi yaa, cepat mereka nangkepnya
BalasHapusMashaAllaa ya..
BalasHapusKudu memahami pola belajar anak-anak dan mengikuti alur minat bakatnya. Anak-anak akan semakin berkembang jika belajarnya di lingkungan yang fun dan atas kemauan sendiri. Dengan mengikuti karakter belajar anak, in syaa Allaah bisa menemukan keinginannya apa dan menekuninya.