Film Buya Hamka, Sosok ulama kharismatik Indonesia

 


Eid Mubarak everyone. Taqobbalallahu minna waminkum. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1444 H, mohon maaf lahir dan batin. Atas nama keluarga besar catatansiemak.com saya meminta maaf atas segala salah dan khilaf selama berinteraksi dengan blog ini ya. Mari kita gaungkan slogan Pertamina “dimulai dari nol ya!”. Hehehe. Untuk postingan pertama setelah lebaran saya mau kasih review untuk film yang saya tonton di hari lebaran kemarin, Yes saya nonton ‘Buya Hamka’ dengan beberapa akhwat dan anak gadis. Semacam gurls hang out gitu.

"Kecantikan yang abadi terletak pada keelokan adab dan ketinggian ilmu seseorang. Bukan terletak pada wajah dan pakaiannya" (Buya Hamka)

Buya Hamka yang diproduksi oleh Falcon ini memang dijadikan tayangan hiburan selama libur lebaran. Makanya ga heran penontonnya juga semacam rombongan pengajian. Mulai dari simbah-simbah aktivis Muhammadiyah yang memang lebaran di hari Jumat dan saya yang saat itu masih puasa hari terakhir tetap datang ke bioskop buat menonton salah satu film biografi tentang ulama terbaik Indonesia itu. Oia banyak juga yang datang rombongan penonton khas berbahasa Minang. 



Berbicara tentang Buya Hamka maka kita akan bicara tentang seorang sosok ulama lurus, bersahaja dan pejuang serta aktivis kemerdekaan. Karena memang seorang ulama itu pasti aktivis perjuangan. Sejatinya seorang muslim dan ulama itu ‘Muharrik’ (penggerak perubahan). Jadi jika kita penuntut ilmu dan bukan pejuang agama kata seorang ulama “Tak pantas seorang penuntut ilmu dan ulama berdiam saat kedzaliman terjadi di sekelilingnya”. Itulah kenapa sejak awal bahwa Buya Hamka akan dfilmkan saya udah bertekad bakalan nonton bawa rombongan remaja di rumah.



Opening film Buya Hamka langsung bikin saya diam-diam matanya basah. Saat Buya Hamka sendirian di pengasingan karena dianggap berkhianat terhadap pemimpin saat itu. Menua sendirian di penjara tetapi tetap teguh dengan perjuangannya. Buya Hamka adalah potret para ulama yang teguh di atas pendirian dan aqidah islamnya dan tak takut dipenjara oleh para pemimpin dzalim. Beliau masuk ke dalam barisan para ulama yang lebih dahulu didzalimi karena tetap teguh di atas pendapatnya yang berseberangan dengan pemimpin di masanya.



Film ini memang agak lambat, buat yang suka film-film Hero ala Marvel, kayaknya ga bakalan cocok dengan film tenang dan lembut kayak gini. Sinematiknya menyesuaikan dengan kondisi Indonesia pra Kemerdekaan. Dengan bahasa Minang dan bertebaran bahasa dan aksen khas berbagai daerah. Mengingat Buya Hamka berpindah ke banyak tempat mulai dari Makasar, Medan, Padang Panjang dan sebagian besar di Jawa.

Detail penampilan Buya Hamka yang diperankan oleh Vino G. Bastian dan Siti Raham yang diperankan oleh Laudya Cynthia Bella juga ngena banget. Mulai dandanan khas muslimah zaman dulu dengan kain panjang bersulam. Dan baju kurungnya yang khas Melayu banget. Cantik. Buya Hamka juga penampilannya dibuat mirip dengan foto-foto beliau yang tersisa, dengan sarung dan jas berbahan wol. Masya Allah.

Dialog-dialog dengan pantun khas melayu juga diselipin dengan manis di beberapa scene. Tak lupa nasihat-nasihat yang dikutip dari beberapa novel karya beliau mulai dari: Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van der Wijk serta Tasawuf Modern beberapa kali muncul di film. Saya sendiri mengenal Buya Hamka saat SD dan buku pertama karya beliau yang saya baca adalah ‘Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk’. Menyusul novel beliau yang lain. Semasa SMA baru kemudian saya membaca buku-buku beliau yang agak berat. Dan saya juga sudah membaca buku berjudul 'AYAH" yang ditulis oleh putranya. teman-teman bisa nih baca buku tersebut terlebih dahulu.

Film ini selain menghibur tentu saja mewakili kebutuhan kita akan film-film bertema tokoh inspiratif. Perjuangan beliau menjadi kader sekaligus pemimpin organisasi Muhammadiyah dari Sulawesi sampai Sumatra Timur tentu saja bisa menjadi bagian dari pemberi semangat ke para pemuda hari ini. Beginilah seharusnya seorang pemuda muslim. Cerdas, berkemajuan dan taat agama.

Film yang saya tonton kemarin adalah volume pertamanya. Akan menyusul film vol.2 dan 3 nya yang sampai sekarang saya belum tahu kapan tayang di bioskop kita. Semoga ada kesempatan menonton vol. 2 dan 3 nya. Karena itu tentang Buya Hamka di masa muda dan masa-masa beliau menuntut ilmu ke Jawa sampai ke Makkah. Insya Allah kalau saya nonton bakalan saya review di blog ini juga. Atau kita janjian nonton bareng. Biarlah dibilang kayak “ Rombongan akhwat pengajian” hahaha.

Tidak ada komentar

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.