Move To Heaven, Bagaimana Kita Menghargai kematian?

 


Hari ini sudah pada masuk kerja dan sekolah ya. Dan kaget dong, ternyata udah tanggal 9 Mei. Perasaan barusan aja tanggal 1 Mei kok sekarang udah tanggal 9. Bahkan hari ini saya dikejar tiga detlen kerjaan huhuhu. Masya Allah, rejeki-lah pokoknya jangan sampai mengeluh karena kerjaan. Di luar sana banyak orang yang nganggur dan susah cari kerja. Selagi badan sehat dan punya kerjaan harus dinikmati dan disyukuri. Allah sendiri berjanji “ Jika kamu bersyukur maka nikmat-Ku akan Aku tambah”.


Sebagai postingan tipis-tipis untuk pembuka di bulan Mei 2022 ini saya mau review series di Netflix aja ah. Judulnya Move to Heaven. Nyesel baru nonton sekarang. Padahal dramanya bagus. Dari awal rasanya berkaca-kaca aja ini bola mata. Mana pemeran bapaknya cakep banget pulak diperankan oleh Ji Jin-Hee. Hahaha. Maksud saya begini. Kebanyakan film or drama Korea itu pemerannya dibuat cakep banget sampai wajahnya itu ga berpori. Mulus banget kayak jalan tol di Arab. Tetapi pemeran si ayah di drama ini itu beneran flawless gitu tampilannya dan cocok banget jadi bapak. Apalagi waktu nonton rekaman videonya yang dikirmkannya untuk putra Han Gau-ru itu, ikutan meleleh nontonnya.

Series ini berkisah tentang seorang pemuda bernama Han Gau-ru diperankan oleh Tang Jun-sang , pemuda berusia 20 tahun dan mengidap sindrom asperger. Seingat saya dulu ada film berjudul My Name is Khan yang diperankan oleh Shahruk Khan juga bercerita tentang pengidap sindrom asperger ini. Sebagai informasi pengidap sindrom Asperger biasanya melakukan sesuatu karena dibiasakan dan mengikuti ritme yang diajarkan padanya. Dan biasanya langsung panik jika terjadi perubahan pada kebiasaan itu dan sulit menerima orang baru.

Si Han Gau-ru ini bersama ayahnya memiliki usaha jasa bernama Move To Heaven yakni pembersih TKP untuk orang-orang yang sudah meninggal. Sebenarnya ini bagus banget kalau sekalian ngajarin anak-anak abege tentang bagaimana kita memperlakukan orang yang sudah meninggal. Bahkan saya cerita ke anak-anak bagaimana orang-orang di negara maju begitu menghargai privasi orang lain. Tidak ada cerita tentang mengobrak-abrik barang orang lain bahkan saat yang empunya sudah meninggal. Tentu saja saya juga cerita ke anak-anak tentang pentingnya menghargai jasad orang yang sudah meninggal termasuk indahnya islam mengurusi jenazah orang yang sudah meninggal.

Menariknya dari series ini adalah setiap episode menceritakan sisi orang-orang yang mati dengan cara yang manis. Bahkan sisi humanisnya diceritakan dengan detail dan manusiawi. Termasuk cerita tentang pedihnya dan kerasnya kehidupan manusia. Saya tersedu-sedu ketika sampai pada episode tentang Matthew, seorang anak adopsi yang dibuang kemudian diadopsi keluarga Amerika kemudian dibuang lagi oleh keluarga Amerikanya karena ternyata ia memiliki penyakit jantung bawaan. Di luar sana masih banyak orang kisahnya lebih keras dan lebih pedih dari kita ujar saya ke anak-anak.

Saya jadi inget cerita seorang kawan, ketika ia menanggapi cerita saya bisa tidur lagi setelah subuh dan bangun-bangun sudah disediakan teh panas sama anak saya yang berusia 8 tahun. “ Aku ini lo mbak, seumur pernikahan saya sama suami ga pernah tidur lagi setelah subuh. Langsung gercep ke dapur. Karena tinggal sama mertua” katanya sambil tersenyum. Itupun ternyata mertuanya tetap saja sering menyindirnya pemalas. Saya hanya terdiam. Kehilangan kata-kata. Karena saya tahu kawan saya ini orangnya rajin banget. Hidup itu memang selalu berbeda jika kita sesekali melihat kesusahan orang lain.

Drama Move to Heaven ini mengajarkan kita bagaimana seharusnya melihat kehidupan indah dan juga pedih yang kita miliki. Meskipun diceritakan dari sisi orang-orang yang tidak memiliki agama seperti Korea tetapi seharusnya kematian itu tidak perlu ditakuti kan. Setiap yang bernyawa pasti akan mati.

Saya juga melihat bahwa setiap ketulusan itu berbuah manis. Meskipun kita tidak tahu kapan buahnya bisa kita petik. Dan juga jangan langsung menjudge seseorang dari satu sisi. Seperti kisah sang paman-nya, San-Gu yang marah pada ayahnya Gau-Ru karena tidak menjemputnya, ternyata kakaknya itu mendapat musibah kecelakaan. Padahal sepanjang sisa hidupnya sang adik sangat membenci kakaknya tanpa tahu alasan kenapa kakaknya tidak menjemputnya di stasiun itu. Huhuhu.

Saya menonton series itu dari episode awal sampai akhir dengan runut. Lagian cuma 10 episode kok. Biasanya saya kalau nonton drakor itu kebanyakan di skip-skip. Hahaha. Tapi pas drama ini saya tonton sampai habis. Padahal ceritanya bukan romance. Saking senengnya ketemu drama bagus seperti Move To Heaven ini.

Tidak ada komentar

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.