Sudut baca



Rumah kami sebenarnya ga gedhe banget sih. Tapi saya bersyukur atas semua yang kami miliki hari ini. Ya bukan punya kami juga sih ini milik Allah yang dipinjamkan, mode mamah Dedeh. Hahaha. Dari semua ruangan itu saya suka dengan meja kerja saya. Di tempat itu saya banyak melakukan banyak hal. Bisa dibilang itu pojok favorit. Tapi sayangnya saya tidak bisa menceritakan tentang pojok yang satu itu karena itu berada di dalam kamar. Dan buat saya kamar itu aurat yang tidak bisa dibuka untuk publik. Ciyeee. 

Si Owy yang biasanya nemenin saya
begadang di sofa


Nah sebagai gantinya saya mau cerita tentang pojok favorit yang lain nih. Yakni perpustakaan plus ruang keluarga. Ini sebenarnya adalah ruangan yang berasal dari sekatan rak buku besar yang kemudian saya pasang sofa dan digelari karpet. Dan di depannya saya pasang menggantung di tembok sebuah televisi android. Tadinya hampir belasan tahun kami tidak memiliki televisi. Tetapi saat ini televisi sudah bertransformasi menjadi sangat bermanfaat menurut saya. Bisa digunakan untuk mirroring tele conference plus nonton televisi berbayar. Dan sengaja televisi itu tidak disalurkan ke televisi nasional. Yang pasti saya setuju dengan ucapan ayahnya Emilia Clarke "Jangan percaya seseorang yang televisinya lebih besar dari rak bukunya"

Ruang perpustakaan ini tempat yang lumayan nyaman untuk membaca. Tadinya pintu samping saya buka lebar dan di depan pintu saya pasang tirai dari kayu. Tetapi sejak kejadian ada tetangga bapak-bapak yang suka mengintip ke rumah setelah ayahnya anak-anak ga ada, saya putuskan menutup semua pintu di rumah. Biarlah sekalian dibilang tertutup dan tidak bersosialisasi dengan tetangga. D*mn it dengan sosialisasi tetangga. Eh. 



Meskipun pintunya ditutup bisa dibilang cahayanya tetap memadai karena area tembok ruang tamu semuanya berjendela kaca. Bayangkan rumah selebar 10 meter dan 8 meteran kaca semua dari atas sampai sedengkul. Omahku pancen istimewa og. Sangat klasik dan khas Jawa banget. Hahaha. Untungnya kacanya kaca riben dari luar orang ga bisa liat ke dalam dan ada tirainya. Udah gitu kaca bagian atas itu kaca patri kuno yang kalau siang hari kena sinar matahari ruang tamu jadi berwarna-warni. Hahaha. Mau bilang estetik tapi kok menurutku malah norak hahaha. Alhamdulillah disyukuri. 

Kembali ke sudut ruang baca itu biasanya saya gunakan untuk membaca buku. Terutama pada malam hari. Menonton Netflix. Seringnya saya yang ketiduran dan gantian ditonton sama tivinya dan juga Owy dan Milo, kucing kami di rumah. 

Sofanya lumayan empuk. Di dindingnya saya pasang kipas angin ukuran besar. Sempurna sudah untuk tidur eh membaca maksudnya. Kalau insomnia saya kambuh bisa sampai subuh saya di sudut baca itu. Selesai salat subuh dan baca dzikir pagi dan nunggu sebentar sampai matahari agak terang dikit baru deh saya pindah ke kamar. Dan membayar hutang tidur. Berbulan-bulan saya melakukan kegiatan seperti itu. Benar-benar ga bisa tidur jadi sudut baca plus sofanya itu menjadi tempat favorit saya sejak ayahnya anak-anak tidak di rumah. 

Sering juga selain membaca saya membawa laptop dan bekerja di lantai dan menggunakan meja kayunya untuk bekerja. Mejanya terbuat dari kayu jati tua dan lumayan berat buat digeser-geser mana ada ukirannya jadi ga bisa diapa-apain lagi kayak di video DIY emak-emak luar negeri itu. Misalnya mau diganti catnya pun itu berasa aneh. Udahlah ta biarkan dia menua, halagh. 


Oia posisi saya di sofa ruang baca itu ga ada syantik-syantiknya. Sesuka dakulah. Seringnya sih bawa selimut dan lampunya dimatiin nyalain lampu baca. Lampu bacanya pernah saya review di sini ya. Lampu baja buatan Swedia ini cucoklah harga aslinya hampir setengah juta. Beratnya itu lo, tolooong. Untung dulu belinya dengan harga promo. 

Kadang kalo ga baca atau menulis saya nonton Netflix atau Disney Hostar di ruang itu. Karena sudah malam saya pakai headset. Biar ga ganggu juga sih. 


https://www.catatansiemak.com/2022/03/film-dan-series-di-netflix-yang-bisa-ditonton-bersama-keluarga.html


Bangun sampai dini hari sendirian mana rumahnya di pojok depannya kuburan apa ga takut. Sejujurnya saat ini saya ga begitu peduli dengan ketakutan terhadap yang aneh2 kayak gitu. Saya lebih takut ga bisa bayar SPP anak-anak daripada takut hantu. Serius. Daripada hantu sih saya lebih khawatir sama manusia yang berhati syetan. Karena kalau manusia sudah menjadi binatang dia lebih mengerikan daripada hantu manapun. Kalau hantu aja sih insya Allah rumah kami aman. Anak-anak saya penghafal Qur'an. Televisi di rumah setelannya murottal quran. Setiap hari kami terbiasa dzikir pagi dan petang. 

Alhamdulillah selama ini kami sekeluarga selalu dalam lindungan Allah. Saya selalu bilang sama anak-anak hanya Allah tempat bergantung. Tiada Ilah selain Dia. Dia yang Maha Menjaga dan Maha Memelihara. Selain itu ayahnya anak-anak adalah orang yang paling peduli dengan kesulitan orang lain. Ia menjadi relawan kemanusiaan itu udah belasan tahun. Dari satu tempat bencana ke lokasi bencana lain baik di Indonesia maupun di luar negeri. Tidaklah mungkin Allah menelantarkan keluarganya saat ia tidak bisa melindungi kami. Allah tidak mungkin membiarkan keluarga para pejuang sendirian. Allah tidak mungkin membiarkan kami berjuang sendirian. 

Dan sudut ruang baca itu menjadi teman saya saat membaca atau menulis atau juga ketika ingin menonton televisi. 

Saya tidak tahu sampai kapan ayahnya akan pulang ke rumah. Karena saat ini akses kami dengan ayahnya terbatas sekali. Hanya doa yang selalu kami panjatkan untuk ayah dimanapun dia berada. Semoga Allah menguatkan nya dalam kesabaran dan ketaatan. Dituduh sebagai teroris karena peduli dengan Palestina, Suriah, Rohingya dan dunia Islam yang lain tidak akan menghentikan kami mencintainya. Ia akan selalu dalam doa panjang kami. Dan kami juga tahu doa ayah selalu dipanjatkan untuk kami. Dan saya tahu kebiasaan ayahnya anak-anak selalu bangun malam untuk salat malam mulai pukul dua pagi. Jadi meskipun saya sendirian di pojok baca itu sejatinya saya tidak sendirian. Kami terhubung pada frekuensi yang sama. Meskipun terpisah ruang dan waktu sejatinya kami bersama dalam sujud dan doa-doa kami. Alhamdulillah. 

Tidak ada komentar

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.