Iffah, menjaga diri dari meminta-minta kepada manusia

 


Saya terhitung orang yang paling malu kalau harus meminta tolong pada orang lain. Bahkan ke sodara sendiri. Kalau butuh sesuatu mau ngomongnya itu sampai lama bener. Ga enakan soalnya. Apalagi kalau urusan pinjam meminjam uang. Selama ini meskipun bukan terhitung keluarga sultan malah kami yang sering dimintai pinjaman. Karena salah satu prinsip saya jangan sampai jika ada yang datang ke rumah untuk meminta pertolongan keluar rumah dengan tangan kosong. Jangan sampai. Piye carane kudu ngusahakke nggo nulung.


Apalagi sejak ngaji saya paham benar yang namanya ‘iffah’. Menjaga diri dari meminta-minta. Kalau butuh mengadulah pada Allah. Bahkan sampai urusan garam memintalah pada Allah. Sesepele itu saja malu meminta pada manusia. Biar susahnya kayak apapun ga pernah sampai keceplosan ‘ra nduwe dit’. Pamali. Sombong bener ok. Hahaha. Ga mau mengaku miskin. Wkwkwkwk. Maksudnya ga mau mengaku di hadapan manusia segala kesusahan. Allah Maha Kaya maka memintalah kepada Allah.



Makanya kemarin saat ada kesempatan video call sama ayahnya anak-anak dan saya cerita kalau saya bekerja offline. Si bapak kayak gimana gitu. Karena selama ini pekerjaan saya benar-benar freelance. Ga terikat kontrak kerja. Kayaknya si bapak paham gimana kondisi kami sekarang. Dia khawatir dengan kami dan juga keluarga dalam tanggungannya yakni orangtua. Padahal saya sudah bilang “ Insya Allah kalau untuk kebutuhan bulanan simbah sama ninik insya Allah aku bisa ngusahain Yah”. Berapa sih biaya ngidupin orantua. Ga beratlah insya Allah. Tetapi sibapak tetap khawatir banget. Mengingat anak kami enam orang dan tiga diantaranya bersekolah di sekolah asrama. Biayanya ga sedikit. Sibapak kemudian menyuruh saya mencari pinjaman kepada sodara. Sudah saya tolak-tolak. Sampai pakai acara sedikit ngotot. Jujur buat saya lebih berat ngomong ngutang ka saudara daripada harus bekerja. Serius ini. Karena berhutang dengan saudara itu taruhannya silaturahmi. Kalau Cuma bekerja paling capeknya nambah. Tapi kalau berhutang ga cuma silaturahmi yang putus tapi juga beban diomonginnya itu lebih berat daripada saya lembur ngerjain kerjaan.

Tadinya saya ga mau nerusin omongan ini ke saudara yang bersangkutan, lah sisulung yang ikutan video call malah menyambungkan pembicaraan ke saudara yang dimaksud. Wes kebacut akhirnya saya terpaksa ngomong juga. Meskipun sudah saya tambahi ‘kalau ga bisa ga papa’. Jangan sampai yang bersangkutan merasa terbebani dengan rencana kami mau berhutang. Jangan sampai.

Itulah kenapa ketika banyak teman menghubungi saya dan menawarkan bantuan. “ jika butuh sesuatu ngomong ke aku ya Mak” gitu kata beberapa kawan blogger dan kawan ngaji dan saya jawab “ Bantu Aku kasih kerjaan aja” hahahaha. Alhamdulillah saat ini beberapa kerjaan yang berkaitan dengan tulis menulis sudah saya kantongin. Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Meskipun tidak berlimpah insya Allah ‘cukuplah’ untuk kami. Pokoknya “ wa maa min daabbah fil ardhi illa ‘alallah rizquhaa” ini pegangan orang-orang mukmin.

1 komentar

  1. Setuju banget sama Mbaknya, daripada minjem ke saudara selain tanggungannya tali silaturahmi, juga omongan yang bisa saja muncul. Tapi hal tersebut juga bermata dua pada dasarnya, Saya pribadi pernah mengalaminya. Betapa banyak omongan yang muncul saat Saya membuka usaha dan lebih memilih orang luar terlebih dahulu dibandingkan dengan keluarga sendiri yang sedang pengangguran. Dari pribadi pengen banget ngasih kerjaan, tapi banyak sekali pertimbangan dan alasan yang perlu dipikirkan sebelum memilih keputusan tersebut.

    BalasHapus

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.