Tarik Ulur Bersama Anak Remaja




Tarik Ulur Bersama Abege
Hidup bersama abege itu pasti bikin dunia jungkir balik. Mau anaknya hidup satu rumah ataupun mereka tinggal di boardingschool atau pondok. Tetapi memang sih berasa banget roller coasternya kalau anak tinggal se-rumah sama kita. Kalau di pondok kan anak-anak akan mengikuti aturan pondok yang biasanya lebih ketat. No more for diskusi-diskusi, no more for sesuatu yang ‘ bisalah kita bicarakan di belakang’ halagh. Hahaha. Nah, kalau anak-anak tinggal se-rumah sama kita kan ga bisa aturan itu saklek-klek. Seringnya kayak main layangan, tarik-ulur-tarik lagi-ulur lagi-sampai kita yakin kita dan mereka tetap di jalan yang benar. Begitu terus sampai ad-dukhon tiba. Haiyah, nganti tekan ad-dukhon.

Tarik Ulur



Kayak keluarga kami, beberapa hari kemarin si anak no 2 minta izin mau naik gunung ke Prau. Izinnya sama saya. Nyuruh ngomong ke ayahnya. Saya suruh ngomong sendiri ga mau. Dia yakin, kalau maju ke ayahnya bakalan ditolak 100%. Lah, lagi musim pandemi kayak gini. Ayahnya ga bisa mau tugas ke luar kota. dan, anaknya ujuk-ujuk izin mau mendaki gunung. Ga bakalan dikasih izin. Si anak abege saya ini bolak-balik ngomong ke saya. Dia beberin dia berangkat sama siapa aja, dsb. Saya kekeuh tetap harus izin ke ayah. Emaknya lagi pusing kalau disuruh mikir sendiri. Lagi Ujian Akhir Semester soalnya. Materi ujian aja belum ada yang nempel di neuron, halagh. Ga konsen diajak diskusi tentang naik gunung. Tetapi si anak tetap maksa mau mendaki gunung. Duuh, ini anak bisa ga sih dibalikin ke perut jadi sayanya ga perlu khawatir berlebihan kayak gini. Akhirnya ta tinggal tidur. Migrainku langsung kambuh euyy. Eh sorenya pas mau salat ashar lihat si abege penghafal quran ini sudah sibuk packing ransel. Loh, kapan dia izinnya. Ternyata pas saya tidur dia ngomong ke bapaknya. Dan diizinin sama si bapak. Ya Allah. Apa gunanya kemarin semingguan saya muring-muring mikirin dia yang mau naik gunung. Jebul ngomong sebentar ke bapaknya langsung dapat exit permit. Dan si bapak ngasih SOP kalau mau daki gunung. Dibantu segala macam persiapan mau mendaki. Ya Allah, enak banget ya jadi bapak-bapak. Kalau mau pergi persiapannya ga nyampe se-jam. Coba kalau saya yang pergi, saya packing dari 2 bulan sebelumnya. Hahahaha. Itupun tetap aja rasanya ada yang ketinggalan.

Proses mendidik Anak Yang Luar Biasa


Yah, begitulah menikmati proses mendidik anak. Ga ada sesuatu yang hasilnya instant apalagi yang namanya membesarkan seorang anak. Saya Cuma mau ngasih saran ke para mamak-mamak milenial. Urusan parenting itu lebih banyak ke urusan integritas dan ilmu. Urusan finansialnya paling banter se-ujung kukunya aja. Membesarkan anak memang butuh duit, siapa bilang butuhnya daun pisang. Tetapi urusan uang itu kalau kata Cak Nun adalah urusan kulit. Sedangkan isinya lebih banyak ke: kasih sayang, integritas dan keilmuan. Dan mau ga mau memang urusan isi ini ga bisa dibeli dengan uang. Mau sebanyak apapun duitmu, kita tidak besi membeli hati dan jiwa seorang anak. Saya melihat sendiri beberapa kawan saya yang kehidupan keuangannya itu mefet, tetapi anak-anaknya hebat dan luar biasa. Dan saya melihat sendiri beberapa kawan yang secara keuangan turah-turah alias berlebihan tetapi kehidupan anak-anaknya ngalor-ngidul. Naudzubillah. Semoga kita semua dimampukan menjadi orang tua yang bisa membesarkan anak-anak dengan kasih sayang berlimpah sehingga kita dan mereka menjadi manusia luar biasa ibadah dan manfaatnya bagi ummat. Aamiin.

Menulis ini disela-sela chatingan sama si abege yang lagi naik bis menuju ke Magelang.

2 komentar

  1. betul kalau dg abg kita hrs tarik ulur terlalu tarik anak akan membangkang , terlalu ulur nanti kebablasan, jd kiat mainkan tarik ulur dengan cantikkk

    BalasHapus
  2. tarik ulur kayak layangan ya mak, ditarik banget takut putus tapi diulur juga takut hilang hehe

    BalasHapus

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.