Beberapa tahun lalu saya pengen
banget punya kindle. Bahkan waktu itu sempet nabung saking terobsesinya beli
kindle. Bahkan nyempetin hunting kindle di toko online. Tetapi kemudian niat
punya buku elektronik ini surut setelah saya diuji sakit sama Allah di tahun
2014 lalu. Waktu itu saya kena migraine parah selama dua minggu yang
mengharuskan saya istirahat di tempat tidur. Ga bisa bangun. Kalau bangun
langsung jatuh kliyengan.
Oia ada yang tahu kindle itu apa? Kindle adalah gadget khusus untuk membaca e-book atau membaca buku-buku elektronik. Saat ini sudah banyak kindle dijual di Indonesia. Tetapi harganya masih tinggi dibandingkan gadget biasa menurut saya.
Sejak sakit kepala hebat itu saya ga
minat lagi punya kindle. Karena dokter menyarankan untuk mengurangi penggunaan
gadget. Bahkan saya sempet ga nulis di blog beberapa waktu. Alhamdulillah sakit
kepala itu berkurang dan hilang. Sesekali sih masih muncul kalau saya kurang
tidur. Tetapi sejak saat itu saya berusaha banget menjaga pola tidur. Alhamdulillah
sampai saat ini sudah jarang banget sakit kepala kayak dulu.
Nah, akhirnya saya kembali lagi
memilih membaca buku kertas bukan e-book. Meskipun sesekali membaca novel di
wattpad.com. tetapi sudah ga seaktif dulu. Bahkan novel saya yang di wattpad
sudah ga pernah lagi di update. Meskipun inbok dari para pembaca masih masuk
sampai sekarang yang meminta saya melanjutkan beberapa novel yang belum
selesai. Jadi nanti kalau ke wattpad dan menemukan novel ‘From Jeddah To
Srebrenica’ itu punya saya loh ya. Hahahahaha. Makanya saat mak Kania melempar
tema “ Memilih buku kertas atau e-book?” saya menjawab pasti lebih memilih buku
kertas.
Saat ini saya lebih memilih membaca
buku kertas. Dan setiap tahun mentargetkan minimal membaca sekitar 40-an buku
setiap tahunnya dari berbagai genre. Kebanyakan sih buku-buku sirah, parenting
nabawiyah, novel terjemahan dan buku-buku panduan anak-anak homeschooling. Alhamdulillah
masih konsisten membaca buku. Yang agak kurang konsisten adalah mereviewnya di
blog. Padahal saya mentargetkan minimal mereview 10 buku-buku untuk panduan
homeschooling keluarga kami setiap tahunnya.
Apa sih kelebihan buku kertas
dibandingkan e-book? Buat saya pribadi buku kertas itu lebih bersifat sentimental.
Saat mencium bau buku lama atau mencium bau buku yang baru dibuka segelnya itu
menurut saya romantis. Buku kertas itu juga keren. Saya memfollow sebuah akun
di instagram yang berisis foto-foto para pria yang sedang membaca buku di ruang
public. Kyaaaaa. So hwaaaatttt. Tutup muka. Inget umur mak!. Hahahahaha. Pasti ada
yang nanya apa nama akunnya. Lahacia. Saya aja kapok kok follownya. Soalnya ternyata
banyak gay-nya di sana. Begh -________-
Saat ini sesekali saya baca wattpad,
gramedia writing project, dan beberapa portal penyedia buku gratis di internet.
Tetapi hanya sebagai selingan aja. Ga kayak dulu hampir tiap malam baca wattpad
dan gwp. Jadi kalau temen lain tergila-gila drakor, saya tergila-gila wattpad. Duuuh
bener itu merusak pola tidur. Hiks.
Tetapi buat teman-teman yang merasa butuh dengan kindle dan sejenisnya saya sih ga bisa melarang. Saran saya sih pilih yang kualitasnya bagus dan bisa diatur cahayanya. Karena cahaya yang dari gadget itu asli sedikit demi sedikit merusak mata lo. Jadi banyakin hunting dan gugling dulu sebelum memutuskan beli. Apalagi harga kindle ga ada yang murah (buat kantong saya). Perlu dipertimbangkan kembali dengan harga segitu worth it ga sih punya kindle. Meskipun saya sendiri keteteran menyimpan buku kertas yang tiap tahun harus membeli lemari buku. Tetapi rasanya puas dibanding punya ratusan e-book di dalam kindle.
Tidak ada komentar
Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.