Kecerdasan sosial salah satu
kecerdasan yang ta lekang waktu untuk dibahas. Mengingat saat ini system pendidikan
kita yang lebih terbuka dimana memasukkan kemampuan bersosial menjadi bagian
dari pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah dan madrasah bahkan sekolah
rumah. Oia, kecerdasan social bukan berarti anak harus menjadi makhluk yang
ekstrovert dan bisa say hi ke siapa saja. Kecerdasan social lebih ke arah
kemampuan seorang anak untuk bersosialisasi dan memanfaatkan keahlian itu untuk
sesuatu yang positif. Ini penjelasan ala saya sih. Tapi ya penjelasan ilmiahnya
mendekati itu. Nah, bagaimana sih islam dan al-qur’an melihat kecerdasan social
ini. Mengingat islam termasuk ajaran yang rigid atau terhitung ‘kaku’ dalam
urusan pergaulan.
Islam mengatur pergaulan social setiap
muslim dengan begitu detail. Islam mengatur bagaimana seorang muslim menyapa sesama
muslim, menyapa non muslim. Bergaul dengan sesame muslim dan bergaul dengan non
muslim. Mengatur pergaulan seorang laki=laki dan perempuan bahkan mengatur
pergaulan dengan sesama jenis. Islam bahkan mengatur untuk melarang seorang
muslim meskipun sejenis untuk tidur dalam satu selimut. Apalagi hubungan yang
lebih dari itu.
Menariknya islam dalam al-qur’an
mengatur pembelajaran kooperatif yang diwariskan dalam tarbiyah nabawiyah
sebagai warisan luar biasa bagi dunia pendidikan.
Bagaimana system pembelajaran kooperatif ini kita coba terapkan dalam pendidikan anak muslim di rumah dan lingkungannya.
- Penjelasan al-qur’an yang berhubungan dengan kecerdasan sosial dalam pembelajarn kooperatif yaitu ‘Aqala, Dzakara, Fakkara, Dabbara, Faqaha, dan Bashara.
- Penjelasan yang berhubungan dengan Interaksi Sosial dijelaskan oleh al-qur’an dengan: Ta’aruf, Ta’afuf, dan Mujadalah. Penjelasan isyarat al-Qur’an yang berhubungan dengan Kecerdasan Sosial ini dijelaskan dalam sebuah jurnal ilmiah di AoEJ: Academy of Education Journal Volume 12 Nomor 2, Juli 2021 dimana kita bisa menemukannya di surat ad-Dhuha (93): 6-11 dan al-Baqarah (2): 177.
- Yang berhubungan dengan Pembelajaran yaitu Allama-yu’allimu.
- Yang berhubungan dengan kooperatif yaitu Ta’awun dan Musyawaroh. Dan isyarat al-Qur’an yang berhubungan dengan Pembelajaran Kooperatif terdapat dalam QS. Al-A’raf (7): 103 dan ayat al-A’raf (7): 85.
Menariknya nih kecerdasan sosial
perpsektif al-Quran ga cuma menjelaskan bagaimana kemampuan anak berhubungan
dengan manusia lainnya (Hablum minannas), tetapi lebih fundamental lagi untuk
mengajarkan anak-anak untuk berhubungan baik dengan orang lain yang tujuan utamanya
adalah mencari ridho Allah SWT (Hablum minallah).
Ketika seseorang memiliki kecerdasan
sosial yang tinggi, maka segala perbuatan baiknya kepada orang lain diniatkan
untuk mencari ridho Allah SWT. ini sebenarnya nilai tauhid yang kita ajarkan pada anak diterapkan kepada manusia lain.
Gimana cara kita menstimulasi model
pembelajaraan kooperatif dengan persfektif al-qur’an ini? Yang pasti tetap
mengikuti aturan Allah dan tetap luwes dikenalkan ke anak. Anak-anak harus
sudah selesai diajarkan tentang nilai-nilai tauhid dari rumah. Anak-anak ini
juga memahami nilai-nilai fiqih.
1. Membolehkan anak-anak bergaul dengan anak-anak dari berbagai kalangan. Beda gender, agama, ras, bahasa, bangsa dan suku yang berbeda. Dengan tetap mengajarkan anak akan nilai-nilai islam yang tetap harus dijaga. Seperti: tidak melakukan kontak fisik yang berlebihan selain bersalaman dan sejenis itu terutama dengan lawan jenis. Mengingat anak-anak ini belum dikenai kewajiban sebagimana muslim yang sudah baligh.
2. Menganjurkan anak-anak untuk berdiskusi secara terbuka, berbagi pikiran, bercanda, melakukan permainan bersama. Berbincang tanpa saling menghina fisik, keyakinan, status maupun perbedaan pendapat.
3. Mengikutkan anak-anak dengan kegiatan yang memberikan kesempatan mereka bertemu dengan anak lain yang lebih heterogen. Anak-anak yang bersekolah di sekolah agama biasanya mungkin kaget dengan tata cara ibadah agama lain. Di sinilah sebenarnya peran kita sebagai orangtua maupun pengasuh untuk mengajarkan anak untuk tidak mudah menjudge agama maupun sesembahan orang lain. Dalam islam sendiri al-qur’an secara detail melarang seorang msulim menghina sesembahan orang-orang musyrik karena khawatir mereka akan menghina Allah tanpa ilmu.
Aktivitas yang memungkinkan anak bertemu kawan
heterogen lainnya ini bermanfaat. Dalam pembelajaran kooperatif akan
memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan
interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling
membantu, bekerjasama dan berdiskusi. Ini membantu anak untuk tumbuh dan siap
menjadi bagian dari masyarakat global.
Tidak ada komentar
Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.