Sebulan Di Rumah Aja




Senin ini karantina kami sudah memasuki pekan ke-5. Berarti sudah sebulan saya dan anak-anak di rumah saja. Beneran di rumah aja. Kecuali saya sempat ke pasar dan ke Pamela buat belanja bahan untuk di dapur. Sisanya lebih banyak ayahnya anak-anak yang beliin. Si bapak memang kerjaannya pindah ke rumah. Tetapi beberapa kali si bapak keluar juga buat beberapa urusan penting yang ga bisa ditunda. Bahkan si bapak meskipun work from home tetap saja mampir ke kantor yang kosong. Buat ngecek keadaan kantor. Saya sendiri kuliah berlangsung online. Dan resmi diperpanjang sampai 30 Mei 2020. Masya Allah.


Semua anak juga berkumpul di rumah. Anak saya yang di pondok juga dipulangkan. Dia seneng banget. Soalnya UN ditiadakan dan dia sendiri sudah selesai ujian pondok. Hafalan sudah selesai 30 juz, Alhamdulillah, sudah selesai disetor. Tinggal ujian mutqin saja yang belum. Sejak dia mondok baru kali ini kami bisa puasa ramadhan bareng nih. Soalnya selama ini ia pulang dari pondok hanya menjelang lebaran saja.



Ada banyak kegiatan kami yang berubah. Semua jadwal kajian saya juga turut diliburkan. Kerjaan offline juga sudah tidak ada lagi. Otomatis semua kegiatan dihandle dari rumah. Tadinya saya pikir bakalan selo nih kalau di rumah. Ternyata enggak. Pagi-pagi kami semua sudah harus siap. Soalnya anak-anak tetap harus belajar dan setoran hafalan ke ustadznya. Sedangkan saya sendiri kuliah online mulai jam 8 sampai jam 12.30-an. Dan susah juga ditinggal-tinggal. Apalagi saya agak kesulitan memahami beberapa mata kuliah kalau berlangsung online begini. Huhuhuhu. Faktor usia kayaknya, hahahaha. Tetapi bismillah tetap diniati belajar karena Allah.
Dan Senin tanggal 13 April ini saya mulai ujian UTS online. Dan karena mata kuliah yang pertama diujikan adalah Syafahi otomatis ujiannya berlangsung via telepon. Dosennya menanyakan soal dan langsung dijawab saat itu juga. Dan gugupnya jangan ditanya. Sebenarnya menguasai materinya. Tapi dosennya bertanya dalam bahasa Arab yang saya ga paham semua kalimatnya. Langsung deh grogi. Hahahaha.

Saya sendiri kemarin sempat menyimpan beberapa film bagus dan membeli beberapa novel. Tetapi sampai sekarang novel terjemahan itu masih nganggur belum sempat saya baca. Saya sempat ngebut membaca tiga e-book novelnya Sandra Brown. Habis itu malah tepar karena dibawa begadang. Hahahaha. Usia emang ga bisa bohong.
Apalagi sejak work from home and school from home ini anak-anak mudah banget laper. Tiap hari saya masak 3 kali sehari lo. Itu belum ditambah cemilan, dll. Dapur itu sudah berasa warung makan. Meskipun saya dan ayahnya kemarin memang menyetok makanan tetap saja harus dimasak.
Dan selain jadi rajin masak aneka menu berbeda setiap hari saya jadi punya waktu buat ngopeni tanaman. Alhamdulillahnya banyak tanaman sayur dan bumbu yang bisa dibenerin kembali, termasuk mengganti pot dan tanahnya. Kemarin aja saya nemuin dua batang pohon cabe yang sudah berbuah di dekat rimbunan tanaman kecombrang. Menemukan beberapa batang tomat yang langsung saya pindahkan ke pot baru. Karantina mandiri ini membuat saya bersyukur karena termasuk barisan emak-emak yang punya pekarangan buat nanam-nanam. Bahkan kapan itu saya sempat panen jamur kuping beberapa kali dari kebon. Ga nyangka aja ternyata pohon kluwih yang ditebang kena hujan akhirnya jadi media tanam yang bagus untuk jamur kuping. Lumayan lah akhirnya bisa bikin sup jamur kuping segar. Ibu-ibu pasti tahukan berapa harga jamur kuping di supermarket.

Anak-anak mendapat pelajaran berharga nih selama dirumahkan. Pasti mereka punya cerita seru buat diceritain ke anak-anak mereka nanti. Dua anak saya di rumah saja lulus tanpa UN lo. Hahahaha. Pokoknya sekarang, tetap semangat dan jaga kesehatan. Insya Allah rejeki ada yang ngatur. Yang penting tetap ihtiar usaha.



Tidak ada komentar

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.