Me
Before You, Belajar Membuat Hidup Kita Berarti
pict from here |
Beberapa waktu lalu saya
sempet marathon nonton beberapa film yang menurut saya bagus. Uhuk. Rencananya sih
pengen ngereview The Martiannya Matt Damon bintang favoritnya mbak Uniek Kaswarganti
blogger asal Semarang itu. Tapi setelah liat-liat film Matt Damon yang lain
kenapa jadi kok kayaknya ga cocok deh sekarang ngereview film the Martian. Hahaha.
Lah film itu favorit anak-anak. Maklum film dengan latar belakang luar angkasa
selalu menarik untuk ditonton berkali-kali di rumah.
Nah akhirnya saya pilih
ngereview film Me Before You aja deh. Film ini diangkat dari sebuah novel dengan
judul sama “ Me Before You” karya Jojo Moyes. Film ini baru beredar di tahun
2016 ini jadi masih anget-anget lah. Tadinya saya termasuk jarang nonton drama
romantik maklum ya kalau film keluaran Hollywood kalau genre drama rata-rata
diatas 18+. Maklum kita masih 17 kakaaaa ^__^. Hahahaha. Tetapi film ini kalau
liat bukunya ga ada adegan hotnya jadi okelah kita tonton saja. Sebenarnya lebih
penasaran ke arah keputusan untuk memilih opsi mengakhiri hidupnya di Dignitas
sih yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk menonton filmnya.
Gara-gara
film ini saya semalaman gugling tentang Dignitas. Dignitas sendiri adalah
sebuah organisasi yang membantu orang-orang dengan penyakit akut untuk
mengakhiri hidupnya. Ada sekitar 800 ribu orang dari seluruh dunia yang
mengakhiri hidup mereka di klinik Dignitas di Zurich setiap tahunnya. Wow. Angkanya
fantastik ya. Jadi semacam ‘Bunuh Diri Terhormat’ gitu. Eh emang ada bunuh diri
jadi terhormat?. Phewww.
Kembali ke film Me Before
You. Film ini berkisah tentang Louisa Clark diperankan oleh Emilia Clark seorang gadis muda yang butuh
pekerjaan karena lilitan finansial keluarganya. Lou seorang gadis yang periang
dengan gaya berpakaian yang eksentrik. Lou mendapat pekerjaan untuk merawat
seorang pria yang lumpuh karena kecelakaan motor. Will, pemuda tersebut tadinya
seorang pemuda aktif dan populer. Paska kecelakaan yang membuatnya tidak bisa
bergerak kecuali menggerakkan jempol jarinya untuk menggerak kursi roda
otomatis. Untungnya keluarga William Traynor diperankan oleh Sam Claflin adalah keluarga kaya di Inggris.
Jadi gitu deh pas di awal-awal
si Lounya ceria banget si Will
nanggapinya dengan songong gitu. Nyebelin banget pokoknya tingkahnya si will
ini. Apalagi Sam Claflin kan terkenal banget dengan senyumnya yang aneh gitu antara semacam mengejek dan tulus. Hish apa itu. hahaha. Entahlah kenapa saya selalu suka dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan dengan saya, berlesung pipi. Hatsyiiim. Hahahaha
Film ini hidup karena
dialog-dialog antara Lou dan Will yang sarkasme. Lou yang ceria bertemu Will
yang pesimis. Yang satu bersemangat menjalani hidup yang satu ‘yah sudahlah’
gitu deh. Diliat-liat film ini jadi mirip-mirip jalan ceritanya dengan The
Fault In Our Stars-nya John Green. Jadi setelah insiden tidak sengaja dimana
Lou mendengar keputusan Will untuk mengakhiri hidupnya di dignitas enam bulan
lagi. Lou bertekad untuk mencoba membuat Will membatalkan niatnya.
Dirancanglah sebuah
perjalanan yang mengajak Will menikmati hidup. Mengunjungi tempat-tempat indah.
Dan melakukan banyak hal yang masih memungkinkan untuk orang yang terkena adriplegia karena cedera tulang belakang
yang parah.
Film bikin saya tertawa di
beberapa scene dan terharu di scene yang lain. Mewek sendirian hahaha. Sambil mikir
duh hidup itu kok jadi rumit begini sih. Beda dengan hidup saya yang
lempeng-lempeng aja, Alhamdulillah. Kalau novel aslinya tebel banget yang versi
terjemahan oleh Gramedia aja tebalnya 600 halaman lebih. Ngik. Itu novel apa
bantal sih?. Tapi filmnya bagus kok. Mengalir.
Terus gimana dong,
berhasil ga Lou membuat Will membatalkan niatnya. Kalau yang sudah baca
novelnya pasti ngerti endingnya. Tapi saran saya nonton filmnya deh. Ini mengajak
kita untuk benar-benar menghargai kehidupan. Kehidupan itu cuman sekali berbuatlah sekeren mungkin.
aku ngga suka endingnya. Dah nebak-nebak sotoy aja endingnya karena ada buku lanjutannya kan yaitu After You. TErnyata eh ternyataaa. KZL. Makasi reviewnya ya Maaaaaak
BalasHapusAh si emak ini, membuat penasaran saia...
BalasHapusayo cari filmnya :)
Hapustebal novelnya 600 hal? ngik... gimana bacanya ya? hihihi...
BalasHapusceritanya sepertinya cerita kebanyakan ya, maksudnya nothing special, eh... bener gak sih? hehe
kemarin aku penasaran sama Dignitasnya sih akhirnya baca hahahaha
HapusMak bisa dapet filmya dimn? Wkwk
BalasHapusdownload mah, etapi saranku sih jangan download di internet deh gada sensornya :P mending nyari VCDnya aja
HapusMak bisa dapet filmya dimn? Wkwk
BalasHapusini sih film suamiku banget Mak irul, tapi kalau buat Mbak Uniek tetep lah Mas Matt yg paling ganteng
BalasHapuseh suka sama Sam Claflin maksudnya? :)
HapusPenasaran sama bukunya. Kata teman2 bagus...
BalasHapusHihih aku jgua penasaran mbak hehe
BalasHapusBEnarkah??
Hapusentah bagaimana saya melihat cerita ini sebagai film yang menceritakan penghianatan.
BalasHapussisi romantis ya bisa di bilang orang yang jatuh cinta pasti punysa sisi romantis.
jika saja yang punya penyakit ce juga apa si lou akan jatuh cinta?
dan menyemangatinya dengan rasa cinta?
dan kenapa tidak menyemangatinya sebagai teman?
apakah karna si yang berpenyakit ini kaya? (layaknya beaty and the beast)
dilihat dari sisi lainnya ceritanya hanya memperlihatkan bagaimana seseorang jatuh cinta ditempat dimana ia bekerja hingga harus meninggalkan kekasihnya yang sudah selama 7 tahun menjaga dan selalu ingin membuat si lou bahagia.
Iya sih aku ga sreg jg sama si Lou ini, phewww.
Hapus