Antara Adzan dan menara Eiffel
11-12-13
here |
Saya
mau berbagi cerita tentang film 99 Cahaya di Langit Eropa. Kemarin hari Selasa,
10 Desember 2013 saya nonton bareng rombongan jeng Desy. Saya bawa si sulung
jeng Desy bawa segerbong, mulai dari Oma, adik ipar, anak-anak dan keponakannya.
Ini benar-benar No Bar keluarga besar…hahaha. …saya tidak akan menceritakan isi
film. Saya ingin berbagi sedikit perasaan saya selama menonton film ini.
Film
di buka dengan cerita si Hanum tentang kegiatannya selama menemani suaminya si
Rangga yang melanjutkan S3-nya di kota Wina. Dari awal saja saya sudah meremang.
Entahlah rasanya saya merasa menonton filmnya De Davinci Code tapi versi
Muslim. Tentang sejarah-sejarah peninggalan kaum Muslimin di Eropa. Meskipun dengan
versi sederhana alias data-data yang di tampakkan tidak sedetil dan serumit De
Davinci Code.
Pict nya wikipedia |
Ada
perasaan mengharu ketika melihat jejak-jejak peninggalan kaum muslimin di
Eropa. Padahal baru sebagian tempat yang ditunjukkan. Semisal Wina dan Paris. Di part
berikutnya mungkin akan lebih banyak lagi. Karena film ini memang di bagi
menjadi dua part.
Bagusnya
lagi bahasa pengantar di film ini kebanyakan bahasa Jerman. Bahasa favoritnya
si abang Usamah. Ingatkan tentang kegiatan komunitas HS jogja dalam Germany
Day. Saya tahu film ini akan sangat membekas di benak si abang. Meskipun ia
diam tapi film ini akan menginspirasinya. Saya yakin. Yakin sekali. Saya doakan
Bang semoga segala keinginanmu tercapai.
Amin
Ada
yang bikin saya sukses menangis ketika Mariom (Dewi Sandra, dan asli doi cantik
bingit dengan hijabnya) meminta Hanum meneliti dengan seksama lukisan Bunda
Maria di museum Louvre. Bahwa sebenarnya mascot nya Museum Louvre itu bukan
Monalisa tapi Bunda Maria yang kerudungnya ternyata bertuliskan tulisan Arab
Laa ilaha illallah…saya bisik2 dengan suara tercekat pada Usamah di sebelah
saya.
”Bang
besok kita buktikan ya Bang, apa benar tulisan itu ada” si abang
mengangguk-angguk mantap.
Ada
juga hal yang membuat saya sesak menahan haru ketika Rangga Adzan di puncak
menara Eiffel. Itu benar-benar menggugah kesadaran. Sampai rumah saya bilang “
Bang besok adzan juga ya disana” “ iya Mak"
Atau
saat paling emosional ketika si Ayse memakaikan kerudung untuk Marion. Ketika itu
Ayse melepas jilbabnya dan memasangkannya untuk Marion padahal kepala Ayse saja
plontos karena efek kemoterapi kanker yang dialaminya. Hiks, sakseis nangis berat….dasar
emak2 cengeng #lapingus
Bahkan
ketika Ayse menolak permintaan gurunya untuk melepas kerudung agar ia tidak
menjadi bahan olok-olokkan teman-temannya. “ Saya tidak bisa melepaskan
kerudung ini” saya langsung mengelus jilbab saya.
juga bagaimana sikap Fatma ketika memilih untuk mentraktir orang yang mencemoh Islam...awesome...^_^
juga bagaimana sikap Fatma ketika memilih untuk mentraktir orang yang mencemoh Islam...awesome...^_^
Film
ini benar-benar inspiratif…selama ini kan kita melihat film-film tentang
semangat untuk pergi ke Eropa adalah karena pendidikan atau pemandangannya atau
karena keren. Nah ini melihat dari sisi berbeda. Jempol banget……
Nb: jazakallahkhoir buat mbak Desy yang sudah mentraktir diriku...merci-Danke #sambilbungkuk2...^_^
saya belum sempat nonton film ini, insya Allah saya akan sempatkan waktu untuk menontonnya
BalasHapusvisualnya bagus..mungkin karena syuting di Eropa kali ya...:)
BalasHapusMak eehhh... Misii.. Misiii.. Repisi.. Itu bukan sandra Dewi tp dewi sandra.. Secara #bedaorang .. En not miriam.. Tp Marion.. Misiii.. Misiii.. Pareeng.. Mlipirr
Hapusaduhhhh mak... *mupengberatsayamah -_-"
BalasHapusAyo mak buruin.. Keburu layare digulung "̮ ♡̬ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ (ړײ)
Hapushiks, makin penasaran sama filmnya. sayang di tegal ga ada bioskop, makk T.T
BalasHapusMasama mak *bingung ya ma nama, #bajak nama anake wedok, namaku dah pasaran kayanya.... smoga dpt kesempatan lg buat nobar part 2 nya ya mak...., walo dah liat nih pilem kesekian kali, msh ttp mewek jg, note : dari belio pengarangnya... film ini dibuat sekuel dgn maksud agar pesan dan isi dr buku bs maksimal dituangkan, dgn tdk mengurangi esensi..alur dibuat lambat tp ga mbosenin kan.. apalg klo dah ada so stefan.. rasane pengen tak culek.,.heheh
BalasHapus@manda..eh dewi sandra ding...hahaha salah org...suka2 kebalik2 aku klo nyebut bedua itu....hihihi....penulis skenarionya l;angsung protes...#ngacir
BalasHapuscerita mak ini juga gak kalah sama filmnya... hihihi... :D
BalasHapus@Ifan...trims sdh mampir..saya di jogja..dek ifan di jogja juga kan...salam kenal dng emak bawel ini...:)
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus