Sosmed Untuk Anak, Bagaimana Menyikapinya?


Sore itu ada pesan masuk ke akun whatsapp saya. Seorang teman meminta saya berbagi cerita tentang perlu tidaknya anak-anak memiliki sosmed. Kalau saya yang ditanya pasti saya menjawab “ TIDAK”, blogger gitu loh. Saya aja yang gedhe ini malas dengan drama karena sosmed. Sosmed itu di tangan orang dewasa yang ga cerdas aja jadi bubar. Apalagi di tangan anak-anak. Lebih bubar lagi.


Tetapi jawaban ‘tidak’ saja ga cukup ternyata. Karena event yang saya isi ini adalah semacam kumpul-kumpul anak-anak Teras Tahfidznya, Teras Dakwah. Yang notabene kebanyakan anak-anak. Daaaaan….mereka rata-rata sudah punya sosmed. Dan ga cuman satu. Duuuh Le, saya aja kalau ga urusan kerjaan males punya sosmed. Malas chat-chat an maunya ngobrol aja. Males kirim emot. Maunya langsung nunjukin ekspresi secara nyata. Hahahaha.

Jadi akhirnya saya menyanggupi dan malamnya saya hadir di sana sambil mengajak Salma. Toh yang hadir anak-anak seusia Salma. Sejak memutuskan resign dari ngajar beberapa tahun lalu bisa dibilang keahlian saya menghadapi anak-anak ternyata berkurang banyak. Halagh. Anak setengah lusin dan homeschooling ternyata belum bisa membuat saya ‘menguasai’ anak-anak ini. Hahahaha.
Nah malam itu sembari ditemani secangkir teh panas dan keripik tahu. Whoaaaa, ini dimana saya bisa dapat keripik tahu dengan bakso di tengahnya itu?. Oke back to topic. Saya memulai cerita dengan cuplikan film. Lalu saya bercerita tentang kejadian penyelamatan sejumlah remaja di Papua yang disekap oleh sindikat perdagangan manusia internasional. Mereka sedianya akan dijual ke luar negeri. Dan ini bukan cerita hoax. Berita ini saya dapat ketika mengikuti workshop yang digagas oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Dan remaja ini dijaring oleh sindikat human trafcking ini melalui sosmed sodara-sodara.
Tak hanya berita di atas, ada banyak lagi kejahatan yang terjadi pada anak-anak dan remaja karena sosmed.  Akhirnya saya beritahu anak-anak itu tentang sosmed
1.     Syarat memiliki akun sosmed pribadi adalah minimal berusia 13 tahun
2.     Belajarlah membuat dan menggunakan sosmed dari orang yang bisa menggunakannya dengan baik. Bukan belajar dengan sesame teman.
3.     Berikan password sosmed kita pada orang tua dan minta orang tua mengawasi sosmed kita secara berkala.
4.     Belajarlah tentang penggunaan internet untuk hal-hal bermanfaat
5.     Minta orang tua/guru/orang dewasa lain untuk memberi tahu kita tentang bahaya internet dan sosmed.
6.     Untuk yang sudah terlanjur memiliki sosmed. Sebaiknya sosmed diprivat.
Jadi intinya ketika anak-anak ingin membuat sosmed orangtuanya harus bertanggung jawab secara penuh untuk akun tersebut. Termasuk pemilihan kata-kata (caption), poto yang layak posting atau tidak sampai menanggapi komentar dari pengguna sosmed lain. Ribet? Iyalah namanya juga mereka belum bias bertanggung jawab untuk hal se-terbuka sosmed.

Orang tua memang benar-benar harus ketat menurut saya untuk urusan sosmed dan internet. Bayangkan? Anak kecil dengan smartphone di tangannya dan terhubung ke internet. DUNIA TANPA BATAS. Dia bisa menemukan apapun di sana. Apapun. Sigh. Apapun, oke lebay saya udah nulis kata apapun empat kali. Hahahaha.
Buat saya aktivitas terbaik untuk anak-anak tetaplah bermain secara langsung yang melibatkan anak-anak dan orang terdekatnya. Tulisan ini untuk menjawab tantangan dari mak Yervi Hesna yang mengangakt tema gadget untuk anak di collabloggingnya KEB

1 komentar

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.