Review buku '150 cm Life'

 


Buku yang bagus itu mempengaruhi cara berpikir seseorang. Bahkan banyak dari generasi 80-90 an yang melewati masa kecil sampai remaja tanpa pendampingan dari orangtua tetapi memiliki bacaan yang bagus bisa tumbuh dengan baik saat dewasa. Bisa dibilang bacaan yang bagus itu meng-influence seseorang untuk menjadi lebih baik. Makanya tak heran majalah BOBO edisi khusus yang dijual secara PO pun laris manis. Bahkan harga di luar harga PO menjadi melonjak. Karena memang buku tuh se-se-sentimentil itu menemani tumbuh kembang anak.


Kali ini saya mau bagi-bagi cerita satu buku yang menurut saya bagus untuk dibaca remaja perempuan. Sebenarnya ini mirip-mirip komik sih atau lebih tepatnya komik essay. Berjudul: 150 cm Life yang ditulis dan digambari oleh Takagi Naoko. Buku terbitan penerbit Haru ini hanya berjumlah sekitar 110 halaman saja. Dengan cover yang komik banget.

Komik essay ini bercerita tentang kisah Takagi Naoko yang setelah masa SMP tubuhnya tidak bertambah tinggi lagi. Tingginya mentok di 150 centi. Ini sebenarnya mewakili kebanyakan perempuan Asia yang terlahir ‘mungil’ alias pendek seperti saya hahaha.

Kehebohan Perempuan Bertubuh Mungil



Cerita si penulis sangat relate dengan kehidupan kebanyakan perempuan Asia yang memang bertubuh mungil. Seperti cerita tentang tidak ‘menggapai jemuran bagian atas’. Tidak bisa melihat bagian atas kulkas dua pintu. Atau kesulitan memegang pegangan saat di kereta. Atau juga selalu disuruh baris di bagian depan saat upacara karena paling pendek. Hahaha.

Atau saat kekesalan  tidak bisa menghapus tulisan di papan tulis bagian atas saat kita piket. Atau tentang sebalnya selalu dijadikan anak bawang saat bermain. Ya Allah ini relate banget. Belum lagi selalu memotong rok atau dress saat beli jadi karena dipastikan kepanjangan. Belum lagi selalu menjadi bagian yang dipayungi dan payungnya malah jauh lebih tinggi di atas sana sehingga tetap saja kita kebagian basahnya. Huft.

Ternyata Ada Untungnya Menjadi Mungil

Selain cerita minus bagi orang-orang pendek ada juga ternyata plusnya memiliki tubuh mungil hanya 150 cm ini. Misalnya sering dapat sepatu ukuran anak-anak yang harganya jadi lebih murah. Belum lagi bahwa banyak perempuan bertubuh mungil itu terlihat cute dan menggemaskan, hahaha.

Buku ini recommended dibaca oleh para remaja perempuan. Sebagai bentuk menghargai diri. Bahwa di setiap apa yang diciptakan Allah untuk kita tetap ada yang bisa disyukuri dan hargai. Anak perempuan saya baca buku ini sampai ngakak-ngakak karena memang lucu banget penggambaran ceritanya. Sudah gitu gambar-gambar yang ditampilkan mewakili kehidupan sehari-hari para perempuan dengan tubuh mungil. Hahaha.

22 komentar

  1. Meski anak2ku lanang2..tapi kayaknya bagus jg nih dibaca mereka. CERITAnya bagus jg utk menumbuhkan empati anak laki2 supaya gak ngebully anak cewek mungil, ya nggak sih? Btw aku jd ingat prilly latuconsina, mungil tp berprestasi.

    BalasHapus
  2. Mak Irul sama kayak aku. Tapi aku malah nggak sampai 150 cm. Dulu ukur 149 cm tapi kenapa malah jadi hanya 148 cm ya. Hihihi. Emang nih kalau mungil jadi menggemaskan kayak kita kita. Hehhehe. Aku kayaknya harus baca nih

    BalasHapus
  3. Hihihiii....ini zoize bunda atuh 150/153 tingginya. Amungil dan imut2. Tp donk cucu2 lanang bunda duwur2 je.

    BalasHapus
  4. Bagus juga kalau anak - anak ku bisa baca buku ini, salah satu upaya untuk mengurangi bullying perihal bentuk badan yang bermacam - macam di Asia ini, untuk menumbuhkan rasa empati mereka jikalau ada temannya yang mungil dan sulit menggapai sesuatu.

    BalasHapus
  5. Setuju banget, Mbak, bahwa buku dapat mempengaruhi cara hidup seseorang. Buku yang sangat mempengaruhi dan rasanya siapa saya sekarang, saya rasa berasal dari buku-buku puisinya Rumi dan Paulo Coelho. Gara-gara mereka, aku gak begitu tertarik membaca buku genre lainnya, apa lagi yang ditulis menye-menye. Tapi 150 cm life ini related banget dengan saya karena ya itu tadi aku juga gang 150 lebih dikit hehehe...

    BalasHapus
  6. Anonim19/7/23

    Hahaha pdhl 150 kan ya gk mungil2 banget ya😁. Eh kok aku lupa ya, tinggiku 150 apa 154 ya🤦

    BalasHapus
  7. Ya ampun buku yang relate banget sama suka duka pemilik tubuh mungil.
    Ada kakak perempuan saya tingginya hanya 145 cm. Dia guru, jadi kalau ngajar tuh mungil banget terlihat di depan kelas (dia pernah ngajar/honorer di sekolah saya saat saya SMA). Ya ampun mirip-mirip ini nih dukanya. Terutama yang sepatu. Jadi sampai sekarang kakinya yang ukuran 35 cm nyari sepatu kerja tuh ga gampang...Jadi kadang mesti muterin toko nyarinya. Maka kalau iseng ke toko sepatu ada ukuran itu dia beli aja:)

    BalasHapus
  8. saya...saya..(unjuk tangan)
    saya terwakilkan sama buku ini, gak tinggi, sering dikira adik, padahal kakak, pernah dikira anak murid, padahal gurunya. Ada sukanya, ada juga dukanya. Pernah direndahin orang walau menurut saya gak usah direndahin, karena saya udah rendah ya, hahaha. Alhamdulillah diterima dengan baik2 aja, sejak dahulu sampai sekarang.

    Pengen mengiyakan ini juga "generasi 80-90 an yang melewati masa kecil sampai remaja tanpa pendampingan dari orangtua tetapi memiliki bacaan yang bagus bisa tumbuh dengan baik saat dewasa". Ya, saya jg mengalami ini, gak banyak didampingi ortu tp bersyukur karena suka baca, tumbuh dgn baik2 aja dgn tetap meghargai ortu. Lagi-lagi alhamdulillah, banyak hal mesti disyukuri

    BalasHapus
  9. "generasi 80-90 an yang melewati masa kecil sampai remaja tanpa pendampingan dari orangtua tetapi memiliki bacaan yang bagus bisa tumbuh dengan baik saat dewasa" wkwkwk langsung nunjuk diri sendiri aku mba...namanya orang tuaku zaman dulu terutama IBu sibuk membantu ekonomi rumah tangga supaya 9 anak bs sekolah, aku ya pelariannya buku, majalah, dan bahan bacaan (meskipun bekas) dan banyak mempengaruhi pola pikirku sih. btw bukunya boleh nih buat teens girls aku

    BalasHapus
  10. jadi pengen beli buat anak perempuan sulung saya Mbak. Masa remaja masih banyak hal-hal yang harus dipupuk termasuk percaya diri. Kadang dia nggak pede dengan warna kulitnya, dengan hidungnya lah, dan lainnya. Apalagi dia suka komik. Thanks infonya.

    BalasHapus
  11. Anakku lagi senang baca nih mba aku mau beliin juga buku 150 cm Life.. alur ceritanya menarik samalah dengan kehidupan remaja yg bisa kita ambil banyak pelajaran

    BalasHapus
  12. Aku tuh pas lihat bukunya langsung tertarik sama gambarnya, simple dan clean. Cerita ini kalau untukku relate ke adikku karena memang dia tidak tinggi ya. Walau menurutnya kalau mau beli sepatu saja susah tapi lebih sering dapat yang untuk kids jadi lebih murah.

    BalasHapus
  13. mak ini ngingetin aku sama drama china yang judulnya hidden love deh kalo gak salah, ah emang sih tubuh wanita Asia rata2 mungil ya

    BalasHapus
  14. Ya ampyunn relate banget seperti saya yang mungil juga tapi ada untungnya disaat sudah kepala 4 masih kliatan awet muda haiyaaahhh wkwkwkw...

    Jadi pengen baca bukunya...

    BalasHapus
  15. Bukunya menarik sekali, ada komiknya juga di dalam. dan yang paling menarik adalah temanya tentang self love dengan keadaan yang ada.
    Saya punya beberapa teman yang memang 150an, dan mereka ini sangat menyenangkan lincahnya, awet muda, ... dan masih banyak lagi yang buat saya sangat menarik.

    BalasHapus
  16. perlu juga dibaca ya, agar timbul empati untuk tidak bully atau juga merasakan gimana tinggi 150 cm, dulu punya teman SMP dengan tubuh mungil, tapi kami akrab banget

    BalasHapus
  17. AKu kok jadi pengen baca juga, soalnya badanku mungil, kurang dari 150 cm, hehehe. Dulu pernah dikatain pendek dan sedih. Tapi sekarang udah santai banget sih. Ada untungnya juga punya tubuh mungil

    BalasHapus
  18. Kayaknya ini bagus bukunya , seru deh baca reviewmu. Tapi nurutku, perempuan dengan TB 150 itu masih bisa dibilang sedanglah, apalagi orang indo kan banyak yang setinggi itu, hehehe

    BalasHapus
  19. Ini relate sama akuu..
    Huhuu...dulu, bullying tentang "Pendek" ini bahkan aku dengar dari keluargaku sendiri.

    Tapi yauda la yaa.. diterima aja. Tapi anak sekarang pinter banget bisa menghargai dirinya sendiri dengan membaca buku 150 cm Life, jadi semakin terbuka bahwa tinggi badan mungil itu cantik dan menggemaskan.

    BalasHapus
  20. Kayaknya aku wajib deh baca buku ini, huhu. Sebagai perempuan bertubuh mungil bahkan nggak sampai 150cm, beneran sering ngerasa insecure dan sedih kalau dibecandain orang lain soal tinggi badan tuh, haha.
    Beneran senyesek itu. Dan buat pulih atau bisa bersyukurnya itu susaaahh banget, hiks.

    BalasHapus
  21. related banget ini. Aku juga termasuk pendek. Paling sebel dulu jaman sekola selalu arus di depan. Noted banget ni bukunya. Terima kasih infonya ya Mak. Bisa buat kado ke keponakan nih.

    BalasHapus
  22. Terima kasih rekomendasi bukunya Mak, kebetulan punya anak remaja yang suka baca komik, jadi pengen beliin saya.

    Kalau saya sendiri sih lebih merasakan nggak enaknya punya tubuh tergolong tinggi. Hihi.... jadi mungil atau tinggi ternyata sama-sama ada untung ruginya ya

    BalasHapus

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.