Perselingkuhan Orangtua Dan Dunia Anak Yang Ada Di Bawahnya

 

pict by pixabay

Akhir-akhir ini sedihnya berasa banget ya jika mengikuti berita tentang pernikahan di sekitar kita. Kayaknya, beberapa tahun ke depan akan muncul anak-anak yang akan takut dengan pernikahan (semoga tidak) mengingat anak-anak korban perselingkuhan orangtuanya yang saat ini masih anak-anak.


Para suami dan juga para istri yang dengan tega mengkhianati sucinya tali pernikahan. Belum lagi case para pesohor agama yang memutuskan berpoligami dan meninggalkan luka pada istri sebelumnya. Jujur saya males banget buka FB, sejak tahun lalu saya memang uninstall FB dari perangkat handphone. Dan hanya membuka Facebook via laptop. Mengingat berita-berita tentang poligami ini agak massive di Facebook.

Kesedihan anak karena perselingkuhan orangtua itu bekasnya long lasting. Sulit dihapus. Dengan apa kita bisa menghapus luka karena perselingkuhan? Bahkan uang sebanyak apapun tidak akan bisa mengobatinya. Trust issue terhadap lembaga pernikahan bisa saja menjadi trauma yang sulit disembuhkan. Belum lagi kasus KDRT terhadap orangtua. Itulah kenapa saya termasuk sering mengingatkan anak-anak abge di rumah. Pernikahan orangtuamu mungkin tidak sempurna tetapi kamu punya kewajiban untuk menjaga pernikahanmu besok.

 

pict by pixabay

Bagimana sih islam melihat para pelaku perselingkuhan atau poligami yang tidak sesuai syariat? Pernikahan itu jatuhnya bisa wajib, sunnah, mubah, makruh atau bisa jadi haram. Pernikahan dimulai dengan selingkuh jelas itu haram. Dan ulil amri sebenarnya mempunyai wewenang untuk menjaga tata norma masyarakat dengan memberikan sanksi kepada pelaku perselingkuhan, harusnya. Negara punya kewajiban untuk menjaga kehidupan masyarakat termasuk di dalamnya keluarga, agar tetap utuh dan berhasil. Dan mau tidak mau itu memang dimulai dari Negara.

Hal paling sederhana yang pernah saya sampaikan ke remaja lelaki di rumah. Seorang laki-laki itu pemimpin dalam keluarganya, tetapi jika istrinya saja yang merupakan teman tidurnya, teman terdekatnya dia khianati apalagi urusan yang lebih jauh dari itu.

Kita memang memang harus mengajari anak perempuan untuk menjaga kehormatan diri untuk tidak menjadi pelakor. Tetapi tetap wajib mengajari anak lelaki bahwa mereka punya kewajiban untuk setia kepada keluarga. Kepercayaan dalam pernikahan itu sekali dikhianati akan membekas sepanjang pernikahan meskipun pernikahannya tetap utuh. Jadi ingat nasihat seorang kawan “Just because you don’t cheat doesn’t mean the relationship is fine. Just because you don’t divorce doesn’t mean the relationship is fine”. Couldn’t agree more.

Kalau ada yang nanya “Kenapa orang berselingkuh?” saya sendiri tidak tahu jawabannya. Karena tidak pernah dan tidak berminat melakukan perbuatan sehina itu. Naudzubillah. Kadang heran dengan orang berselingkuh dari pasangannya. Padahal kehidupannya sempurna secara materi, anak-anak sehat, istrinya cantik, shalihah, pinter, dll. Lalu saya ingat perkataan seorang syaikh ketika seorang bertanya pada beliau, kenapa saat sudah menikah perempuan lain terlihat lebih menarik daripada istrinya.

 “Sekalipun kamu menikahi seluruh perempuan yang ada di dunia ini pasti anjing yang berkeliaran di jalanan itu lebih cantik dalam pandanganmu daripada mereka semua.”

Laki-laki penanya itu tersenyum masam, lalu ia berujar: “Kenapa tuan Syekh berkata demikian?”

Syekh: “Karena masalahnya terletak bukan pada istrimu. Tapi masalahnya adalah bila manusia diberi hati yang tamak, pandangan yang menyeleweng, dan kosong dari rasa malu kepada Allah, tidak akan ada yang bisa memenuhi pandangan matanya kecuali tanah kuburan”

Hati yang tidak penuh syukur memang membuat orang tidak bisa melihat nikmat yang ada di dekatnya. Apalagi saat melihat banyak pelaku perselingkuhan membuat banyak usaha untuk melakukan kemaksiatan tersebut. Dan dengan santainya mereka bilang itu ‘khilaf’. Naudzubillah. Dalam bahasa Arab, khilaf diartikan sebagai sesuatu yang dilakukan tanpa sengaja, tanpa konsentrasi, kita tidak mempunyai pilihan untuk menolaknya. Sedangkan perselingkuhan itu adalah sebuah pilihan. That is not khilaf. Kalian telah berlindung dibalik kata ‘khilaf’ yang diberikan keringanan dalam kaidah ushul fiqih untuk dimaafkan. Terhina kalian di dunia dan di akhirat.

 

Tidak ada komentar

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.