Designated Survivor, Kehidupan sang Presiden Independen

 


Beberapa bulan terakhir ini saya insomnia parah. Sebenarnya biasanya kalau tidur juga agak malam sih. Tapi sekarang lebih malam lagi baru bisa tidur. Bahkan seringnya menjelang subuh baru bisa merem. Tadinya mungkin karena ngejar beberapa detlen kerjaan dan juga tugas kuliah dan juga proposal tesis. Tapi kok ya sekarang bablas ga bisa tidur cepat. Seringnya saya gunakan untuk membaca beberapa buku dan jurnal kuliah. Buahahaha, rajin euyy. Bahkan sampai langganan Gramedia Digital dan Netflix. Selain itu mungkin saya susah tidur karena teman tidurnya udah ga ada. Semoga ayah baik-baik saja dimanapun dia berada. Ya Allah ini doaku yang paling tulus aku panjatkan. Hiks. Mewek.


Sebenarnya saya ga begitu suka nonton series. Tetapi di Netflix ternyata seriesnya bagus-bagus. Salah satu yang saya syukuri sebelum sibapak ‘pergi’, dia membelikan anak-anak televisi layar datar yang ukurannya lumayan memadai. Padahal sebelumnya, belasan tahun kami memutuskan tidak memiliki televisi. Tetapi akhirnya sibapak beli tipi. Karena memang diniatkan untuk belajar anak-anak dan buat mirroring untuk meeting dan kuliah di zoom. Meskipun ga beli antena sehingga ga bisa nonton channel nasional. Tapi ga masalah sih. Karena setelah disambungkan ke wifi bisa dipake buat nonton macam-macam.

Nah, salah satu series yang saya tonton saat tengah malam ini adalah Designated Survivor. Bercerita tentang Tom Kirkman diperankan oleh Kiefer Sutherland, seorang menteri Perumahan Rakyat Amerika Serikat yang tiba-tiba diangkat menjadi presiden Amerika. Karena ia tidak mengikuti sidang di Capitol. Dan saat itu ia baru aja mau diberhentikan dari kabinet, lah Capitolnya dibom. Menyebabkan hampir dari 1000 anggota kabinet termasuk presiden AS dan senat US meninggal di tempat. Ini kayaknya agak-agak ga mungkin juga sih. Bisa-bisanya Capitol roboh rata dengan tanah tanpa ada peringatan sebelumnya. Kemana kalian wahai CIA dan FBI? Halagh. Hahaha. Bisa-bisanya lo sampai presiden dan anggota senat US bablas kabeh. Ya, namanya juga film ya. Dinikmati dulu saja.

Nah, serunya film ini bercerita tentang intrik politik di sekitar White House. Selain itu juga tentang presiden Kirkman secara pribadi. Bercerita tentang seorang profesor berlatar belakang arsitek dan mengajar di sebuah kampus terkenal di Amerika yang kemudian dilamar presiden dan diminta menjadi menteri Perumahan Rakyat karena beberapa programnya yang berkaitan dengan rumah murah untuk rakyat. Kirkman ini dari fraksi independen bukan dari partai republik atau demokrat. Jadi baru kali ini ceritanya Amerika punya presiden berlatar belakang independen. Kirkman juga orangnya sederhana dan jujur. Selain itu dia berintegritas tinggi dan tidak tertarik dengan dunia politik. Itulah kenapa bisa dibilang kepribadian Tom Kirkman ga cocok sebenarnya berada di kancah politik. Hahaha. Jujurly, halagh, politik demokrasi itu bahkan dari tempat asalnya sana udah susah dilurusin. Eh gimana?. Hahaha.

Series ini ada tiga season, yang masing-masing season sekitar belasan, kecuali season ketiga yang Cuma 10 episode doang. Dan sampai sekarang series ini tidak ada kelanjutannya. Setiap episode itu isinya tegang beut. Padahal seringnya syutingnya cuma di dalam ruangan aja. Tapi isi dialognya, begh, dalam euy. Quotes-quotes dari politikus kenamaan dunia sering muncul. Udah gitu, bertebaran pendapat-pendapat para pakar politik dunia, kutipan-kutipan dari beberapa buku bagus muncul di series ini.

Selain bercerita tentang sang presiden juga bercerita tentang orang-orang kepercayaan di sekitar pakpres nih. Mulai dari Emily Rhodes yang diperankan oleh Italia Ricci, yang dulunya asiten ahli saat Kirkman jadi mentri, kemudian diangkat menjadi kepala staff kepresidenan. Terus ada Aeron Shore yang diperankan abang Adan Canto, yang awalnya dia adalah kepala staff keamanan presiden sekaligus politikus, kemudian diangkat jadi calon wakil presiden saat presiden Kirkman maju bursa pencalonan presiden AS di tahun selajutnya. Oia, si Emily dan Aeron ini cocok banget kalau debat. Ga ada yang mau ngalah. Ditambah satu lagi namanya Seth Wright yang awalnya sebagai penulis naskah pidato presiden sebelumnya yang kemudian diangkat sebagai jubir istana kepresidenan. Ampun dah, sebagai pakar komunikasi massal, si Seth ini pinter banget kalau menghadapi para jurnalis. Kan udah ta bilang di awal. Dialog series ini mantap jiwa. Hampir semuanya itu didesain dengan rapi dan bahasa diplomatis banget. Ditambah dialog konyol yang bikin ketawa di tengah ketegangan. Selain itu presiden juga memiliki seorang istri yang bekerja sebagai lawyer untuk kantor keimigrasian kemanusiaan. Jadi sebagai penasehat hukum untuk para imigran di US. Istrinya ini pinter banget tapi kadang diserang karena dianggap pendapatnya dia mempengaruhi kebijakan presiden. Susah juga ya maunya rakyat ini gimana sih? Pengennya istrinya presiden tuh ho-ah ho-oh dan belanja aja kali yak, eh. Dan beliau memiliki dua anak, seorang laki-laki remaja dan anak perempuan yang cute banget.



Lumayanlah tengah malam dan dini hari saya menonton series ini. Hahaha. Niatnya mau nyari kantuk yang ada malah ikutan tegang dan ngakak-ngakak. Batal tidur dah. Udahlah, nonton aja langsung sana di Netflix. Kapan-kapan ta bikin sinopsis series di Netflix yang bagus-bagus lagi ya. Kalau saya lagi rajin. Meskipun sekarang agak gimana gitu karena sejak Osama masuk asrama, saya ga punya teman untuk adu diskusi tentang film dan artis lagi. padahal anak itu asyik banget buat diskusi tentang dunia kekinian. Diskusi tentang politik juga asyik banget. Sekarang teman saya nonton ya cuma Milo, kucing kami yang sukanya ikut nimbrung tidur di sofa saat saya nonton. 

Tidak ada komentar

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.