ASI tidak Gratis

tulisan ini saya ambil dari Kompasiana...silakan di nikmati...masihkah ada alasan untuk tidak memberi ASI oleh:Niken Satyawati www.kompasiana.com/nikensatyawati

                   Inget Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) saat sidak di suatu kantor kecamatan? Dia melihat seorang ibu hamil. Wagub DKI itu lantas memastikan instansi itu dilengkapi lemari es dan ruang laktasi bagi pegawai perempuan. Ahok tidak mau pegawai perempuan memeras ASI di kamar kecil yang penuh dengan bakteri. Top abis! Saya acungi dua jempol! Seandainya semua pejabat berwenang seperti Ahok, maka makin banyak ibu/pegawai bekerja yang tetap memberikan ASI buat bayinya. Dengan demikian, anak-anak Indonesia di masa depan akan lebih sehat dan cerdas. Semua juga sudah tahu, air susu ibu (ASI) adalah yang terbaik bagi bayi. ASI mengandung zat-zat yang tak tergantikan oleh susu formula. ASI memang ajaib.
                  Di antara keajaiban itu adalah: # Mengandung imunoglobulin alami, dan juga kolostrum yang sangat penting untuk daya tahan tubuh bayi. Kolostrum yang kali pertama keluar dari payudara ibu, khasiatnya 20 kali lipat lebih baik dibanding yang selanjutnya ada dari ASI. Dengan demikian pemberian ASI juga sangat membantu menghindarkan bayi dari infeksi dan berbagai alergi. # Mengandung protein khusus yaitu taurin, dengan laktosa dan lemak ikyatan panjang yang jauh lebih banyak dibanding yang ada pada susu sapi. Taurin penting untuk perkembang otak secara maksimal # Protein ASI sangat spesifik, amat sangat jarang menimbulkan alergi. Hal ini berbeda dengan susu sapi yang kadang menimbulkan alergi seperti kulit bintil-bintil pada bayi. # Pemberian ASI adalah bentuk kasih sayang. Thus, ASI meningkatkan bonding/ikatan batin antara ibu dan anak.
                  Saya beruntung, dianugerahi payudara yang selalu siap dan lancar mengucurkan ASI. ASI telah dirangsang keluar oleh bayi saya sendiri, tepat saat dia lahir ke dunia, dengan inisiasi menyusu dini (IMD). Hari kedua setelah melahirkan, ASI saya biasanya keluar. Jadi memang ketika habis melahirkan, pada hari pertama biasanya bayi saya sempat minum susu formula (sufor) beberapa tetes. Ini dilakukan dengan sangat terpaksa. Saya selalu khawatir bayi lapar, sehingga setengah hari setelah melahirkan, dengan menandatangani pernyataan, saya mengizinkan pihak RS memberi bayi saya sufor. Namun itu biasanya hanya berlangsung satu hari. Mulai hari kedua dan selanjutnya, bayi-bayi saya minum ASI murni. Anak pertama dan kedua minum ASI saja hingga 3 bulan. Selanjutnya mereka tetap minum ASI ditambah sufor hingga 6 bulan. Lali ASI tetap saya berikan ditambah makanan pendamping hingga mereka berusia 2 tahun. Usia mereka kini 10 tahun dan 5 tahun. Khusus bayi ketiga, seiring dengan gencarnya kampanye pemberian ASI eksklusif, dan berbagai fasilitas yang mendukung ibu menyusui di tempat kerja, saya bertekad memberikan ASI saja hingga 6 bulan. Hingga saat tulisan ini saya tulis, pemberian ASI sudah berlangsung 3,5 bulan. Sementara saya sudah 1 bulan lebih bekerja. Memang tidak mudah. Tapi bisa dilakukan demi kesehatan bayi dan keuntungan-keuntungan lain yang didapat ibu dan anak. Caranya? Di sela-sela kerja, saya menyempatkan diri memeras ASI. Butuh ruangan khusus yang tertutup dan sesteril mungkin untuk memeras. Dan saya beruntung karena ada sejumlah ruangan yang bisa digunakan di tempat kerja saya. Lebih beruntung lagi, karena ada lemari es di setiap lantai, di mana saya bisa menyimpan ASI agar lebih awet.Di suhu biasa, ASI bisa bertahan hngga 6 jam. Di suhu lemari es (bukan freezer), ASI bisa bertahan hingga 24 jam. Di freezer, ASI bisa bertahan hingga 4 bulan! Biasanya saya memeras 2 hingga 3 kali di tempat kerja. Saat ada rapat, saya kadang keluar sebentar untuk memeras ASI. ASI lalu saya taruh di lemari es. Ketika saya pulang, ASI saya ambil dan saya bawa pulang, lalu sesampai di rumah saya simpan di lemari es yang ada di rumah. Saat di rumah, bayi minum langsung dari payudara. Jadi ASI yang disimpan di lemari es hanya dipakai ketika saya pergi kerja atau ke tempat lainnya. Ketika bayi lapar, ASI dicairkan/dihangatkan dengan cara merendam wadahnya (saya pakai kantong plastik) dalam air panas. Setelah kira-kira sehangat air susu ibu asli, ASI siap diminumkan. Yang agak repot adalah ketika saya harus dinas ke luar kota. Saya harus menenteng-nenteng cooler bag berisi sejumlah kristal es atau bisa diganti sebongkah es batu. Saya pernah memeras di mobil karena perjalanan cukup jauh. kadang juga memeras di kantor orang, ketika mengunjungi suatu instansi. ASI lalu dimasukkan cooler bag agar tetap dingin sehingga tidak kedaluwarsa. Walau ribet, semua saya lakukan dan juga dilakukan banyak ibu bekerja, demi bisa memberikan ASI kepada bayinya. Faktanya, cuti hamil resmi pada umumnya di Indonesia adalah 3 bulan, sesuai UU Ketenagakerjaan. Cuti itu diambil 1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan setelahnya. padahal ASI eksklusif itu mestinya diberikan 6 bulan. Jadi perjuangan memeras, menenteng cooler bag dan lain-lain untuk memberikan ASI harus dilakukan 4,5 bulan. Kalau negara ini berniat membentuk generasi yang sehat dan tangguh, memang mestinya cuti melahirkan itu 7,5 bulan. Satu setengah bulan sebelum melahirkan dan 6 bulan setelah melahirkan. Mimpi kali yeee???? Well.. ASI memang harus dibayar dengan pengorbanan dari seorang ibu untuk memeras dan tetek bengek lain yang saya ceritakan di atas. Di samping itu pada malam hari, ibu harus bangun berkali-kali untuk memberikan ASI bagi anaknya. Lambung bayi yang kecil memang menuntutnya sering minum dengan porsi tidak banyak. Makanya saya memaklumi bila masih banyak ibu yang kesulitan memberikan ASI bagi anaknya. Biar gampang, akhirnya mereka rela anaknya mengonsumsi sufor. Masih bilang ASI itu gratis?

Tidak ada komentar

Terima kasih untuk kunjungannya. Semoga bermanfaat. Harap meninggalkan komentar yang positif ya. Kata-kata yang baik menjadi ladang sedekah untuk kita semua.